Abstrak/Abstract |
Pada tahun 2009, muncul kecenderungan baru dalam tradisi penciptaan sastra Indonesia modern. Beberapa orang sastrawan mencoba mengolah narasi-narasi historis sebagai bahan penulisan. Salah satu narasi historis yang menjadi sumber penulisan adalah tentang Patih Gajah Mada, meliputi kelahiran, ambisi-ambisinya untuk menyatukan wilayah Nusantara yang dalam Sumpah Palapa, dan perannya dalam Perang Bubat.
Pemilihan tokoh Gajah Mada khususnya sehubungan dengan perannya dalam Perang Bubat oleh salah seorang pengarang dari Jawa mendapatkan reaksi dari seorang pengarang Sunda. Dalam episod sejarah Jawa, Perang Bubat merupakan peristiwa tragis yang sangat mengganggu hubungan Jawa-Sunda. Pada peristiwa itu raja Sunda beserta seluruh keluarganya terbunuh karena tindakan tidak terpuji Patih Gajah Mada. Peristiwa tersebut meninggalkan luka yang mendalam di kalbu orang Sunda dan menimbulkan ketidakpercayaan orang Sunda terhadap orang Jawa.
Novel Perang Bubat yang ditulis oleh Langit Kresna Haryati dapat membangkitkan kembali kompleks superioritas Jawa atas Sunda. Meskipun barangkali tidak berpretensi membangun etnosentrisme Jawa. pemilihan latar Perang Bubat tak urung membangkitkan reaksi penulis Sunda, Aan Merdeka Permana untuk menggarap tema yang sama. Melalui novel dengan judul yang sama, Aan mencoba mendevaluasi peran Patih Gajah mada dan makna Perang Bubat. Di mata Aan tragedi Perang Bubat tak lebih sebagai wujud dendam pribadi Gajah Mada terhadap keluarga kerajaan Sunda yang telah memisahkan dirinya dengan Dyah Pitaloka. Versi ini berbeda dengan versi yang umum diketahui bahwa Perang Bubat terjadi karena penolakan raja Sunda terhadap supremasi Kerajaan Majapahit.
Penerbitan novel-novel etno-historis di satu pihak melahirkan korpus baru dalam penulisan sastra Indonesia, berupa elaborasi dan interpretasi peristiwa-peristiwa sejarah tertentu. Namun, di pihak lain novel-novel baru itu dapat membangkitkan kembali sentimen etnis yang pada gilirannya dapat mengganggu hubungan antaretnis. Selain itu, penerbitan novel-novel etno-historis dapat menunda proyek penulisan sastra nasional. |