Latar Belakang – Bencana banjir terjadi di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat diakhir tahun 2016 menyebabkan 105.753 jiwa terdampak langsung oleh banjir yang terjadi di hampir seluruh Kota Bima. Universitas Gadjah Mada melalui Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan yang didukung oleh Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran (KAGAMADOK) mengirimkan dua tim secara bertahap ke Kota Bima untuk melakukan pengkajian gangguan kesehatan akibat banjir di lokasi pengungsian dan pembuatan alat Pemanen Air Hujan (PAH).
Metode – Terdapat dua tim yang diterjunkan dalam proses penanggulangan banjir Bima. Tim pertama bertugas untuk melakukan pencatatan terhadap gangguan kesehatan dan kebutuhan pengungsi serta merujuk pengungsi bila ditemukan kasus penyakit. Tim kedua bertugas untuk menerapkan teknologi alat PAH sesuai dengan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh tim pertama.
Hasil – Hasil pengkajian tim pertama menunjukkan bahwa tingginya penyakit kulit namun stok obat penyakit kulit menipis, meningkatnya kasus diare khususnya pada anak-anak, terbatasnya data base kesehatan di Kota Bima, untuk itu tim pertama melakukan pendataan kesehatan pada warga dan memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit lapangan milik TNI. Tim Bima kedua mengaplikasikan teknologi PAH berdasarkan hasil kajian tim pertama bahwa air tanah di daerah bekas banjir masih keruh dan berbau kurang sedap. Pengaplikasian alat PAH dilakukan di Puskesmas Penanae dan Puskesmas Mpunda.
Kesimpulan – Diharapkan dengan diterjunkannya Tim Bima UGM, dapat memberikan manfaat postif kepada warga yang terdampak banjir, selain itu pendampingan dari UGM dapat terlaksana secara berkelanjutan.
