Karya
Judul/Title Triple Kill Maggot: Pengolahan Sampah Organik, Peningkatan Ekonomi, dan Pemenuhan Gizi Bagi Masyarakat Pedesaan di Kulon Progo
Penulis/Author Dr. Daniel, M.Sc. (1) ; Ari Prayogo Pribadi, Ph.D. (2); Heri Pratikno, S.E. (3); Rase Widjaya Castro (4)
Tanggal/Date 2023
Kata Kunci/Keyword
Abstrak/Abstract Masalah sampah menjadi masalah yang pelik di Indonesia dan tidak terkecuali di Yogyakarta. Laporan terbaru menunjukkan bahwa tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan, yang merupakan TPA utama bagi Yogyakarta, tidak akan bisa menerima sampah lagi pada tahun 2023 ini (Baskoro, 2022). Hal ini karena daya tampung TPA Piyungan sudah melebihi kapasitasnya. Secara umum, sampah terbagi menjadi tiga jenis: (1) sampah organik, (2) sampah non organik, dan (3) sampah berbahaya. Data dan penelitian melaporkan bahwa volume sampah dominan yang dihasilkan oleh masyarakat adalah sampah organik, yaitu sekitar 60% (Widowati, 2019). Contoh sampah organik adalah bahan sisa makanan, sayur, buah, tumbuhan, bahkan kotoran unggas. Jenis sampah organik ini pada dasarnya mudah dikelola di level rumah tangga atau kelompok masyarakat karena terurai secara alamiah menjadi kompos dalam 1-2 bulan. Prosesnya pun bisa dipercepat dengan bantuan mikroorganisme, seperti cacing atau maggot. Sayangnya, walaupun bisa diolah mandiri oleh masyarakat, Sebagian besar sampah organik berakhir di TPA. Proses penguraian sampah organik bisa dipercepat dengan menggunakan maggot (belatung) atau black soldier flies (BSF) (Gambar 1) (Ahmad & Sulistyowati, 2021). Proses penguraian dengan maggot jauh lebih cepat dari penguraian alami, yaitu sekitar 2 minggu. Disisi lain, maggot tersebut dapat menjadi sumber protein hewani bagi hewan, seperti pakan ikan atau unggas. Maggot memiliki siklus hidup sekitar 40 hari, dimana keseluruhan siklus maggot itu sendiri tidak menimbulkan atau menyebarkan penyakit, seperti siklus hidup dari lalat rumah.
Level Nasional
Status
Dokumen Karya
No Judul Tipe Dokumen Aksi