Penulis/Author |
Dr. Muhsin Al Anas, S.Pt., IPP (1) ; Dr. Aji Praba Baskara, S.Pt. (2); Ahmad Baidlowi, S.Pt., M.Sc. (3); Taufan Alam, S.P., M.Sc. (4); Dr. Ir. Chusnul Hanim, M.Si., IPM., ASEAN Eng. (5); Dr. Asih Kurniawati, S.Pt., M.Si., IPM (6); Muhlisin, S.Pt., M.Agri., Ph.D., IPP (7); Prof. Dr. Ir. Lies Mira Yusiati, SU., IPU., ASEAN Eng (8); Prof. Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, M.Sc., IPU., ASEAN Eng. (9) |
Abstrak/Abstract |
Masalah yang dihadapi Desa Gondangsari meliputi beberapa aspek yaitu ekonomi, lingkungan, pendidikan dan teknologi informasi. Masalah ekonomi berkaitan dengan pendapatan masyarakat yang relatif masih rendah karena rata-rata pekerjaan masyarakat Desa Gondangsari sebagai petani/peternak yang masih konvensional dan skala kecil. Petani/peternak di Desa Gondangsari kebanyakan kerja ditempat orang atau sebagai buruh. Hal itu dilatarbelakangi juga dari tingkat pendidikan yang didominasi lulusan SD. Permasalahan dari segi lingkungan yaitu masalah sampah dari sisa hasil panen sayuran kubis yang belum ditangani secara tepat. Sampah sayuran kubis yang tidak ditangani dengan tepat menjadi salah satu penyumbang sampah organik di Desa Gondangsari. Penanganan sampah di Kabupaten Magelang belum mencakup seluruh kecamatan. Dari 21 total kecamatan sudah 10 kecamatan yang memiliki penanganan sampah. Namun, dari 10 kecamatan tersebut pelayanan sampah belum mencangkup seluruh desa. Masalah penanganan pasca panen yang tepat menjadi masalah utama yang harus ditangani. Urgensitas ini sejalan dengan semakin meningkatkatnya produksi kubis di Desa Gondangsari. Permasalahan yang akan diurai mengenai masalah lingkungan tetapi secara tidak langsung memberikan dampak terhadap perekonomian dan sosial masyarakat. Metode solutif yang dimanfaatkan untuk mengurangi sampah organik tersebut adalah digunakan sebagai media tumbuh lalat Black Soldier Fly (BSF). Kelebihan mengurai sampah organik dengan budidaya maggot yaitu proses penguraian berlangsung cepat, prosesnya menghasilkan bioproduct berupa kompos, tidak membawa penyakit sehingga aman dan proses budidayanya yang terbilang mudah. Maggot lalat BSF bisa digunakan sebagai petfood dan pakan ternak sumber protein dengan kadar protein sekitar 40-42?n bisa diolah kembali menjadi produk tepung maggot sehingga nilai ekonominya lebih tinggi. Selain itu, bioproduct yang dihasilkan ini bisa menjadi salah satu alternatif diversifikasi kompos yang sudah dimulai sebelumnya. Kompos dari sisa media tumbuh maggot (Kasgot) dapat menjadi solusi dari permasalahan yaitu proses pembuatannya yang relatif singkat dan bahan baku mudah ditemukan dan keberlanjutan sehingga dapat menekan biaya produksi pupuk organik. Produk kompos dapat dijual dengan harga Rp 5.000/kg dan maggot kering dijual dengan harga Rp 70.000/kg. Hal ini tentu akan memberi dampak positif terhadap efisiensi waktu dan tenaga. |