Rumah Kompos: Pemanfaatan Kotoran Kambing sebagai Pupuk Kandang dan Bio Urin untuk Meningkatkan Kesejahteraan Kelompok Ternak Sarono Mulyo, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta
Permasalahan kotoran kambing menjadi salah satu hal yang mengganggu kenyamanan lingkungan di sekitar peternakan karena menimbulkan bau tidak sedap. Peningkatan populasi kambing yang terjadi di Indonesia sejalan dengan peningkatan kotoran kambing. Program pengabdian ini dilaksanakan dengan tujuan membantu masyarakat sasaran, yaitu Kelompok Ternak Kambing Sarono Mulyo untuk memanfaatkan kotoran kambing secara maksimal agar memiliki nilai ekonomis. Kelompok Ternak Kambing Sarono Mulyo memiliki kambing sejumlah 60 ekor yang tiap kambing dewasanya mampu menghasilkan feses sebanyak 300-500 g/ekor/hari sehingga potensi feses kambing per harinya sekitar 30 kg/hari. Selain itu, satu ekor kambing dewasa dapat menghasilkan 0,5–1 liter/ekor/hari sehingga potensi urin kambing sekitar 60 L/hari. Pemanfaatan feses kambing dilaksanakan melalui metode pengomposan. Pengomposan merupakan proses penguraian bahan organik secara biologis oleh mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Pembuatan kompos dilakukan dengan sistem anaerob. Feses kambing yang telah hancur selanjutnya akan dicampur cocopeat dan bioaktivator. Untuk pemanfaatan urin kambing dilaksanakan dengan metode fermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan cara mencampurkan urin dengan sejumlah bahan seperti cocopeat, EM4, air batang pisang, buah nanas, rumen dan air kelapa selama 18 hari. Program pengabdian ini diharapkan dapat membantu masyarakat kelompok ternak kambing dalam mengolah kotoran ternak menjadi pupuk yang meningkatkan kesuburan lahan pertanian
