Abstrak/Abstract |
Modernisasi yang hadir di tengah masyarakat Indonesia membawa perubahan yang sangat signifikan bagi nalar relasi sosial masyarakat. Implikasi yang terasa adalah tergerusnya nilai-nilai dan norma-norma dalam berelasi yang sebelumnya mengedepankan logika komunal kini berubah menjadi logika individual. Tidak hanya itu, watak masyarakat perlahan-lahan menjelma menjadi sangat instrumentalis dan pragmatis sehingga praktik-praktik yang tidak berorientasi pada keuntungan mulai ditinggalkan. Beranjak dari fenomena tersebut, untuk konteks masyarakat di Desa Hargomulyo, Gunungkidul, praktik Arisan dan Rewang ternyata masih tetap dipertahankan dan sudah berumur panjang. Arisan dan Rewang merupakan praktik sosial yang sejatinya hadir di tengah-tengah masyarakat khususnya Jawa. Yang menarik dari kedua praktik ini adalah konsistensi yang terbangun dalam hal relasi sekalipun masyarakat Hargomulyo telah diwarnai oleh unsur-unsur dari masyarakat modern. Di dalam penelitian ini, praktik arisan dikonseptualisasi menjadi institusi kreatif yang dikerangkai dengan diskursus Foucauldian. Kreatifitas dari institusi yang bernama arisan terasa ketika ia dipandang sebagai paradigma bersama yang berakar dan mengikat masyarakat. Sementara, Rewang menjadi sebuah institusi kreatif ketika dikerangkai dengan Ruang Publik Habermasian, di mana nilai-nilai dengan rasionalitas komunikatif khas masyarakat Hargomulyo memainkan peran di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif jenis analisis diskursus Foucauldian, dengan informan dari berbagai stakeholders. |