Karya
Judul/Title Resistensi Antibiotik Bakteri dari Ulas Kloaka Burung Puyuh Sehat
Penulis/Author drh. Marla Anggita, M.Sc. (1); Prof. drh. Widya Asmara, SU., Ph.D. (2); Prof. Dr. drh. Tri Untari, M.Si. (3); Prof. Dr. drh. Michael Haryadi Wibowo, M.P. (4); drh. Sidna Artanto, M.Biotech. (5); drh. Okti Herawati, M.Sc. (6); Prof. Dr. drh. Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni, M.Si. (7)
Tanggal/Date 31 2021
Kata Kunci/Keyword
Abstrak/Abstract Anti Mikrobial Resisten (AMR) menjadi masalah utama baik pada manusia, hewan, dan lingkungan. Dari semua antibiotik yang dijual secara global, 80-90% digunakan untuk hewan. Sekitar 70?ri jumlah tersebut merupakan antibiotik penting bagi manusia. Praktik yang sangat umum dilakukan terutama oleh peternak unggas di Indonesia, yaitu diberikan melalui pakan yang mengandung antibiotik pemacu pertumbuhan/antibiotic growth promoters (AGP). Penggunaan antibiotik yang berlebihan terutama di peternakan, dianggap berkontribusi terhadap meningkatnya resistensi obat pada manusia dengan implikasi serius. Dari hasil penelitian sebelumnya, resistensi bakteri Avibacterium paragallinarum pada puyuh yang menunjukkan gejala Snot terhadap sepuluh jenis antibiotik diperoleh sebanyak 70% menunjukkan sifat resisten, 20% sensitif dan 10% intermediet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat resistensi bakteri dari swab kloaka burung puyuh sehat. Sebanyak sepuluh ekor puyuh sehat dari peternakan puyuh di daerah Kalasan, Klaten diswab dari kloaka dan dikultur pada media cair brain heart infusion (BHI) dan diinkubasi 18-24 jam pada suhu 37°C. Dengan media Mueller Hinton Agar (MHA) biakan ditanam secara merata dan diletakkan disk antibiotik: streptomisin, doksisiklin, fosfomisin, kloramfenikol, kolistin, siprofloksasin, ampisilin, eritromisin, penisilin, dan diinkubasi 18-24 jam pada suhu 37°C kemudian diukur zona hambat yang terbentuk dan ditentukan sifat resistensi dibandingkan standar. Hasil menunjukkan sebanyak 20% kultur bakteri resiten terhadap streptomisin, 40% resisten terhadap doksisiklin, 40% resisten terhadap kloramfenikol, 50% resisten terhadap kolistin, 20% resisten terhadap siprofloksasin, 20% resisten terhadap ampisilin, 90% resisten terhadap eritromisin, 50% resisten terhadap penisilin, dan tidak ada resistensi terhadap fosfomisin. Terdapat satu dari sepuluh puyuh (P10) yang memiliki resistensi terhadap tujuh dari sembilan jenis antibiotik (78%) yang diujikan, dan dua dari sepuluh puyuh (P2 dan P4) memiliki resistensi terhadap dua dari sembilan antibiotik (11%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri dari swab kloaka pada puyuh sehat umur 21 hari dari satu peternakan yang sama memiliki tingkat resistensi yang berbeda-beda. Sifat resistensi terhadap antibiotik dari masing-masing puyuh juga berbeda-beda. Resistensi terhadap antibiotik kemungkinan terjadi akibat penggunaan antibiotik yang berlebihan pada peternakan burung puyuh.
Rumpun Ilmu Sain Veteriner
Bahasa Asli/Original Language Bahasa Indonesia
Level Nasional
Status
Dokumen Karya
No Judul Tipe Dokumen Aksi
1Editorial policies and Team_OJS.pdf[PAK] Halaman Editorial
2full dok puyuh.pdf[PAK] Full Dokumen
3artikel resis puyuh.pdfDokumen Pendukung Karya Ilmiah (Hibah, Publikasi, Penelitian, Pengabdian)
4conten resis puyuh.pdf[PAK] Halaman Cover
5index sinta puyuh.pdfDokumen Pendukung Karya Ilmiah (Hibah, Publikasi, Penelitian, Pengabdian)
6Vol 22 No 4 (2021) _ Jurnal Veteriner_Daftar Isi.pdf[PAK] Daftar Isi
7Korespondensi author.pdf[PAK] Bukti Korespondensi Penulis
8-Akreditasi-Terbitan-Berkala-Ilmiah-Cetak-Periode-I-Tahun-2016.pdfDokumen Pendukung Karya Ilmiah (Hibah, Publikasi, Penelitian, Pengabdian)
9full-dok-puyuhpdf.pdf[PAK] Full Dokumen