Penulis/Author |
Ir. Agus Prasetya, M.Eng.Sc., Ph.D. (1) ; Dr.-Ing. Ir. Teguh Ariyanto, ST, MEng., IPM. (2); Dr.Agr. Cahyo Wulandari, S.P., M.P. (3) |
Abstrak/Abstract |
Kawasan Bejiharjo adalah sebuah desa di Kecamatan Kabupaten Gunung Kidul yang memiliki berbagai kekayaan alam. Pada Tahun 2013, bentukan alam yang indah itu menggugah masyarakat untuk ‘menawarkan” sebagai kawasan wisata alam, dikenal dengan sebutan Goa Pindul. Selain mengelola goa pindul, ada beberapa potensi alam lain yang dikelola yaitu Goa Kristal, Air terjun Mundok, dll. Untuk mengoptimalkan potensi dan mengelola kawasan wisata dengan baik, atas inisiatif dari warga sendiri, maka didirikanlah Bumdes Maju Mandiri.
Perlahan Bumdes tidak hanya tertarik mengelola kekayaan yang sudah terbentuk dari alam, tetapi juga mengelola potensi lain yang sekiranya dapat meningkatkan pendapatan dan nilai kawasan goa pindul. Salah satu potensi itu adalah pengelolan kawasan agrowisata. Bumdes Maju Mandiri serius menjadikan agrowisata sebagai program unggulan selain dari wisata alam. Agrowisata dipilih, karena ketersediaan lahan yang luas di areal bumdes. Berdasarkan data dari Bumdes, areal yang dikelola adalah sekitar x ha.
Hal lain yang menjadi pertimbangan pengelolaan agrowisata adalah kultur masyarakat yang sebagian besar adalah petani. Berlatar belakang masyarakat agraris, diharapkan pengembangan program “bernada” pertanian lebih mudah dilakukan. Kawasan agrowisata selain dicanangkan untuk menambah obyek wisata melalui edukasi, sejatinya ditumbuhkan untuk mendapat nilai ekonomi kegiatan pertanian melalui penjualan produk, yaitu bibit tanaman.
Program agrowisata ditujukan untuk edukasi kepada masyrakat secara umum. Bumdes Maju Mandiri mempunyai prinsip untuk memilihkan konsep yang ideal dalam pertanian. Oleh karena itu dipilihkan pertanian organik sebagai konsep dalam pengembangan kawasan agrowisata di Goa Pindul. Dalam pengembangan kawasan agrowisata yang pro-organik, Bumdes Maju Mandiri berusaha untuk mengoptimalkan mendayagunakan bahan lokal yang ada. Setelah dilakukan pengamatan di lapangan, Bumdes Maju Mandiri mendapati data, bahwa material yang banyak didapati adalah daun jati dan kotoran sapi. Jati adalah tanaman dominan yang berada di Desa Bejiharjo. Selama ini daun jati menjadi sampah yang cukup meresahkan bagi masyarkat, utamanya saat musim kemarau, karena karakteristik daun jati yang mengugurkan daunnya pada musim ini. Kotoran sapi didapati karena beberapa masyarakat yang mempunyai sapi untuk diternak. Kedua bahan tersebut diharapkan menjadi bahan dalam pupuk yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman.
Meskipun sudah familiar dengan praktik pertanian, namun masyarakat di Bejiharjo masih terbiasa dengan praktek pertanian konvensional yang menggunakan pupuk kimia instan, bukan pupuk organik. Berbekal pengetahuan yang ada, Bumdes berusaha untuk membuat pupuk dari kedua bahan. Percobaan pengolahan pupuk dari kotoran sapi dilakukan, dan tidak mengalami kendala yang cukup berarti karena pada dasarnya bahan kotoran sapi sudah matang tercerna dari lambung sapi. Akan tetapi untuk daun jati masyarakat mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan komposisi daun jati yang memang mempunyai kandungan serat kasar yang diselimuti lignin, sehingga tidak mudah untuk diuraikan.
|