Abstrak/Abstract |
Masalah pemukiman kumuh adalah masalah yang sangat menarik untuk dikaji, terutama
dalam kaitannya dengan permukiman perkotaan. Bagi orang yang hidup dalam kondisi ini,
tinggal di tempat yang serba terbatas adalah pilihan realistis di tengah semakin sulitnya
mencari lahan yang sangat terbatas di perkotaan. Kota Banjarmasin memiliki fungsi
strategis sebagai pusat perdagangan dan pelayanan sosial. Seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan keterbatasan lahan, masyarakat cenderung menggunakan sisa ruang yang
ada sebagai tempat tinggal termasuk tepian sungai. Peningkatan populasi, lahan terbatas,
dan pengaturan kawasan perkotaan di Kota Banjarmasin terkait dengan kebijakan
pemukiman. Namun, kebijakan tersebut terkadang tidak didasarkan pada kondisi sosial
budaya masyarakat yang terkait, sehingga seringkali mengarah pada resistensi di
masyarakat. Oleh karena itu perlu ada kajian tentang proses budaya pembentukan
komunitas dan penyelesaiannya terkhusus menjelaskan faktor apa yang mempengaruhi
preferensi orang-orang untuk tetap tinggal di kawasan kumuh. Pemilihan daerah penelitian
menggunakan teknik purposive sampling. Unit analisis adalah rumah tangga pemukim.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah campuran (kuantitatif dan kualitatif). Metode
yang digunakan adalah analisis faktor jenis Principal Component Analysis sebagai metode
faktorisasi dengan support SPSS statistics for windows, version 20.0. Selain kontribusi
teoritis dan empiris, kontribusi praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
rekomendasi dalam menentukan kebijakan penanganan kawasan kumuh. Hasilnya
menunjukkan bahwa daerah di tepian sungai dekat dengan pusat perdagangan-layanan
adalah kantong-kantong kawasan kumuh. Hubungan antara perilaku sosio-ekonomi
individu dan persepsi para pemukim di kawasan kumuh tentang sungai sebagai jalan hidup, |