Penulis/Author |
dr. Siswanto, Sp.P(K) (1); Prof. Dr. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFM. (2) ; Prof. Dr. dr. Dicky Moch Rizal, M.Kes., Sp.And., AIFM. (3); dr. Andreanyta Meliala Ph.D., AIFM. (4) |
Abstrak/Abstract |
Tubuh mampu menghasilkan antioksidan kuat untuk menjaga keseimbangan produksi maupun paparan radikal bebas. Akan tetapi ada beberapa antioksidan yang tidak bisa dibuat sendiri dalam tubuh manusia, sedikit berbeda dengan hewan, misalnya tikus yang mampu memproduksi vitamin C. Sehingga masih diperlukan tambahan jenis dan jumlah antioksidan dari luar tubuh.
Radikal bebas, dalam hal ini ROS tidak selalu berdampak buruk, karena sejumlah ROS selalu diproduksi dalam tubuh sebagai produk sampingan metabolism sel sebagai bagian dari sel signalling yang digunakan untuk memicu mekanisme umpan balik dalam tubuh untuk proses metaboisme selanjutnya, untuk perkembangan dan pertumbuhan misalnya angiogenesis, perbaikan dan regenerasi sel serta jaringan dll. Keseimbangan produksi ROS dengan ketersediaan antioksidan ini harus selalu dipertahankan agar mekanisme fisiologis dapat berlangsung dengan baik. Kondisi keseimbangan ini berubah pada penderita penyakit kronis, mis DM, obesitas, atlet, adanya ariasi gen penyandi antioksidan endogen. Walaupun tubuh mampu menghasilkan antioksidan endogen dan menjaga keseimbangan dengan oksidan. Namun paparan radikal bebas terjadi terus menerus bahkan pada kondisi2 yang tak dapat dihindari. Klo asalnya dari polutan, UV, radiasi makanan tidak seimbang, masih bisa dihindari dan dijaga, akan tetapi Ketika radikal bebas berasal adri dalam tubuh karena stress berlebihan, kelelahan atau tanpa sengaja mengkonsumsi vitamin atau antioksidan berlebihan karena khawatir sakit.
|