Penulis/Author |
Happy Indah Kusumawati, S.Kep., Ns., MN.Sc (1) ; Sutono, S.Kp., M.Sc., M.Kep. (2); Dr. Sri Setiyarini, S.Kp., M.Kes. (3); Bayu Fandhi Achmad, S.Kep., Ns., M.Kep. (4); Syahirul Alim, S.Kp. M.Sc, Ph.D. (5); Purwadi Sujalmo, S.Kep., Ners., M.Kep. (6); Hersinta Retno Martani, S.Kep., Ns., M.Kep. (7) |
Abstrak/Abstract |
Masa SMA merupakan masa dimana seorang remaja mencapai puncak transisi dari anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa SMA, seluruh aspek perkembangan remaja baik kognitif, afektif dan psikomotor mengalami perubahan yang luar biasa sebagai upaya untuk menentukan jati dirinya serta aktualisasi diri. Pada masa tersebut, remaja cenderung mencoba banyak hal, bahkan melakukan hal-hal yang berpotensi tinggi menyebabkan cedera, misalnya berkelahi disekolah, olahraga ekstrem, dan kegiatan ekstrakurikuler yang berlebihan. Potensi cedera yang mungkin terjadi pada siswa SMA antara lain perdarahan, keseleo, patah tulang, cedera kepala, dan sebagainya (Mirwanti & Nuraeni, 2017).
Masyarakat maupun warga sekolah biasanya menunggu dan mengandalkan bantuan tim medis yang datang atau dengan membawa secara langsung korban ke rumah sakit atau puskesmas terdekat apabila saat adanya kecelakaan. Kasus ini terjadi seperti pada salah satu kejadian yang pernah dialami pada siswa SMA N 1 Kalibawang yang mengalami kecelakaan saat berkendara dan kasus siswa cedera ketika berolahraga di sekolah. Di sekolah tersebut juga rentan terjadi adanya serangan dari wilayah sekolah lain seperti riwayat kejadian yang telah terjadi sebelumnya hingga menimbulkan korban luka. Untuk itulah remaja sangat perlu untuk dilatih kemampuan pertolongan pertama pada kecelakaan di sekolah (first aid training) |