Pengendalian Persediaan, Fasilitas Penyimpanan dan Distribusi pada Industri Farmasi dalam Mendukung Ketersediaan Obat Era JKN
Penulis/Author
Prof. Dr. Satibi, S.Si., M.Si. Apt. (1); Prof. Dr. apt. Achmad Fudholi, DEA. (2)
Tanggal/Date
2019
Kata Kunci/Keyword
Abstrak/Abstract
Ketersediaan obat masih menjadi masalah dalam sistem kesehatan di Indonesia. Jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bertambah, secara langsung meningkatkan kebutuhan obat generik sehingga produsen obat terus berupaya memperoleh pangsa pasar obat JKN. Industri farmasi berperan dalam memproduksi obat-obat yang berkualitas dan terjangkau dengan menerapkan manajemen rantai pasok yang baik. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi peran pengendalian persediaan, fasilitas penyimpanan dan distribusi di industri farmasi dalam mendukung ketersediaan obat pada era JKN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif dalam penelitian ini adalah melakukan wawancara mendalam terhadap karyawan dari bagian Production Planning Inventory Control dan Supply Chain di empat industri farmasi dan Pedagang Besar Farmasi yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan serta menjadi penyedia obat pada tender e-Catalogue. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data terdiri dari pembuatan transkrip wawancara, interprestasi data dan mengecek keabsahan data dengan triangulasi. Hasil analisis menunjukkan pengendalian persediaan memberikan pengaruh pada industri farmasi dalam mendukung ketersediaan obat karena ketidaksesuaian antara permintaan dan kebutuhan sehingga meningkatkan terjadinya overstock atau stock out. Fasilitas penyimpanan memberikan pengaruh pada industri farmasi dalam mendukung ketersediaan obat karena fasilitas penyimpanan yang overload menyebabkan metode penyimpanan berjalan tidak optimal dan harus mengeluarkan biaya lain untuk menyewa gudang. Distribusi memberikan pengaruh pada industri farmasi dalam mendukung ketersediaan obat karena biaya untuk distribusi harus mencapai minimum order agar obat dapat didistribusikan dan pemilihan moda transportasi yang mengakibatkan lead time distribusi menjadi lebih panjang sehingga meningkatkan terjadinya kekosongan obat.