Abstrak/Abstract |
Kuliah Kerja Nyata yang diusulkan berada di Desa Tambakbulusan, Kecamatan
Karangtengah, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini berada di wilayah
pesisir pantai utara Jawa. Desa ini memiliki sumber daya alam yang potensial untuk
kegiatan budidaya dan industri perikanan serta wisata alam. Selain itu, terdapat pantai
bersejarah yang memperindah desa, yaitu Pantai Glagah Wangi yang dikelilingi ekosistem
mangrove dengan varietas terbanyak se-Jawa Tengah. Hal tersebut menjadi peluang besar
desa untuk dimanfaatkan sebagai objek wisata alam berbasis eko-eduwisata.
Namun, besarnya potensi wisata berbasis ekologi dan edukasi tersebut belum dikelola
dan dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Lokasi Desa Tambakbulusan yang
terletak di muara sungai dan belum selesainya pembangunan tanggul sungai membuat desa
ini memiliki riwayat sering tergenang banjir hulu. Hal tersebut menyebabkan banyaknya
sampah di sekitar desa sehingga lingkungan desa terkesan kumuh. Banjir juga
menyebabkan kerugian para petani tambak yang kolamnya kebanjiran dan juga berakibat
menurunnya kualitas tambak karena air banjir seringkali membawa banyak polutan.
Selain itu, kesiapan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan juga perlu
ditingkatkan, terutama dalam pengelolaan sampah dan ternak kambing. Banyak masyarakat
yang memiliki ternak, namun belum ada upaya perawatan dan penjagaan yang optimal. Hal
ini menyebabkan kambing dibiarkan berkeliaran di lingkungan dan memakan berbagai
jenis makanan, mulai dari makanan hasil produksi rumah tangga sampai dengan sisa-sisa
sampah rumah tangga. Kambing yang berkeliaran meninggalkan urine dan feses di
sepanjang jalan yang membuat lingkungan beraroma kurang sedap. Selain itu, potensi
kekayaan mangrove dan pantai juga belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini terlihat
dari belum terkelolanya kawasan tersebut dengan baik. Selain itu, perlu adanya pengelolaan
yang inovatif sehingga menjadi ciri khas Desa Tambakbulusan dibanding dengan wisata
pantai-mangrove lainnya yang ada di sepanjang pesisir pantai utara Jawa.
Segala masalah tersebut perlu diatasi secara perlahan dan bertahap agar mampu
menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Membangun kesiapan desa wisata dimulai
dari akarnya, yaitu masyarakat yang berperan sebagai penggerak utama roda wisata. Tujuan
program ini adalah untuk membangun sinergi antara sumber daya manusia dengan potensi
eko-eduwisata desa, sehingga mampu mewujudkan desa lestari dan mandiri ekonomi.
Optimalisasi sistem Community Based Tourism (CBT) menjadi alternatif solusi untuk
meminimalisasi permasalahan lingkungan sekaligus memaksimalkan pengelolaan potensi
alam. Optimalisasi CBT dilakukan dengan cara melibatkan langsung kelompok-kelompok
masyarakat yang berkaitan dalam mengelola pariwisata. Sebelumnya, dilakukan pula
peningkatkan kekuatan dan kesiapan kelembagaan kelompok-kelompok masyarakat dan
memperjelas pembagian fungsinya.
Pelaksanan kegiatan ini dilakukan melalui berbagai penyuluhan dan pelatihan
lapangan sesuai dengan fungsi masing-masing kelompok, yaitu: kelompok sadar wisata
sebagai pengelola sarana dan prasarana objek wisata; kelompok nelayan sebagai pengelola
transportasi air bagi wisatawan; kelompok mangrove sebagai edukator kekayaan mangrove
sekaligus pengelola konservasi dan track mangrove; kelompok UMKM sebagai penyedia
sarana kuliner dan souvenir wisata; kelompok tani ikan sebagai pengelola sumber bahan
mentah kuliner desa; dan aparat pemerintah desa melalui BUMDES yang berperan sebagai
poros utama pengelolaan desa wisata. Peningkatan kesiapan masyarakat secara umum
dalam mewujudkan desa wisata juga perlu dilakukan untuk meminimalisir permasalahan
lingkungan dan membuka peluang ekonomi bagi masyarakat.
Melalui penerapan CBT di Desa Tambakbulusan diharapkan mampu meningkatkan
kesiapan kelompok masyarakat, meningkatkan kepuasan pengunjung wisata, meningkatkan
jangkauan promosi dan meningkatkan Pendapatan Asli Desa secara bertahap.
Kata kunci: Community Based Tourism; eko-eduwisata; mangrove ;UMKM; Tambakbulusan |