Karya
Judul/Title Pengembangan Tumbuhan Lumut sebagai Greening Material untuk Mendukung Program Agroekowisata di Kawasan Rawan Bencana Merapi.
Penulis/Author
Tanggal/Date 2012
Abstrak/Abstract Masalah ketahanan pangan penuh akan sumber ide dan kreativitas dalam menghasilkan produk baru. Diversifikasi produk pangan lokal merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Diversifikasi produk pangan lokal adalah perancangan dan pengembangan konsep produk baru pangan berdasarkan kebutuhan konsumen dan societal acceptance. Mirwan Ushada (2010) dalam penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa kebutuhan konsumen akan produk baru dipengaruhi oleh 4 (Empat) faktor penerimaan dan kelayakan sosial (Societal acceptance) yaitu tingkat kecerdasan/pengetahuan, familiaritas, persetujuan dan minat masyarakat. Metode yang sering digunakan untuk diversifikasi produk pangan lokal di Indonesia adalah Value Engineering (Rekayasa Nilai). VE (Value Engineering) adalah suatu penerapan yang sistematis dari sejumlah teknik untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi suatu produk baru dengan memberi nilai terhadap masing-masing fungsi yang ada serta mengembangkan sejumlah alternatif yang memungkinkan tercapainya fungsi tersebut dengan biaya total minimum tanpa mengurangi penampilannya. Kelebihan metode VE adalah penyusunan konsep produk mengacu pada kebutuhan konsumen yang berorientasi pada fungsi produk. Kelemahan VE adalah metode ini belum mampu mengidentifikasi societal acceptance akan produk baru. Mirwan Ushada (2010) menyimpulkan bahwa kebutuhan konsumen akan produk baru yang dipengaruhi oleh societal acceptance, dapat diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan KE (Kansei Engineering). KE atau Rekayasa Kansei pertama kali diperkenalkan Mitsuo Nagamachi (1995) sebagai metode perancangan dan pengembangan produk baru berdasarkan Kansei. Kansei adalah definisi bahasa Jepang yang berarti product image yang mempengaruhi perasaan psikologis konsumen. Contoh product image adalah status mood (Senang dan sedih), Atribut Kansei/Kansei words (Tidak penting dan penting) dan sensoris (Tekanan darah dan suhu tubuh). Prosedur standar metode KE terdiri atas 4 tahapan; (1) Identifikasi kebutuhan konsumen, (2) Ekstraksi parameter produk. (3) Mengembangkan KE sebagai teknologi (4) Evaluasi desain produk berdasarkan societal acceptance. Prosedur standar KE memiliki sinergisitas dengan prosedur VE. Prosedur standar VE mempunyai 3 tahapan yaitu 1) Informasi; 2) Kreativitas; 3) Evaluasi. Dalam penelitian ini, kami mengusulkan sebuah metode baru untuk diversifikasi produk pangan lokal yaitu KVE (Kansei-based Value Engineering). KVE merupakan modifikasi metode VE menggunakan KE. KVE akan diaplikasikan pada studi kasus pengembangan produk pangan baru lokal khas Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Sistematika KVE terdiri atas 3 tahapan yaitu: 1) Identifikasi atribut Kansei; 2) Model komputasi Jaringan Saraf Tiruan (JST) ; 3) Analisa performansi. Dalam tahap informasi, VE menggunakan atribut fungsi produk. Dalam KVE, atribut Kansei digunakan untuk menggantikan atribut fungsi produk. Dalam tahap kreativitas, VE menggunakan FAST (Function Analysis System Technique) untuk identifikasi sejumlah alternatif konsep produk. Model kualitatif seperti FAST kurang handal untuk mengakomodasi perubahan trend konsumen yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam KVE, model kuantitatif JST digunakan untuk menggantikan FAST. Dalam tahap evaluasi, uji perbandingan performasi antara KVE dan VE dilakukan berdasarkan uji inderawi, metode zero-one dan analisis biaya untuk tiap alternatif konsep.
Rumpun Ilmu Teknologi Industri Pertanian (dan Agroteknologi)
Bahasa Asli/Original Language English
Level Nasional
Status
Dokumen Karya
No Judul Tipe Dokumen Aksi