Penulis/Author |
Prof. Ir. Leni Sophia Heliani, S.T., M.Sc., D.Sc., IPU. (1) ; Bondan Galih Dewanto, S.T., M.S. (2); Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D (3); Widya Nayati, M.A., Ph.D. (4); Dr.sc.tech. Adhy Kurniawan, S.T. (5) |
Abstrak/Abstract |
Kepulauan Sangihe merupakan gugusan kepulauan yang terletak di tengah laut Sulawesi. Kondisi alamnya dan iklimnya sangat ektrim dipengaruhi oleh kondisi dinamika dari laut. Perubahan iklim yang terjadi saat ini menyebabkan kondisi cuaca dan iklim di Kepulauan Sangihe menjadi semakin ektrims kejadian topan dan badai semakin sering terjadi yang menyebabkan kejadian bencana banjir dan tanah longsor dan putting beliung yang menimbulkan banyak kerusakan, serta musim perikanan dan pertanian yang semakin sulit diprediksi. Kondisi ini telah berlangsung cukup lama sehingga menyebabkan dan kerusakan sarana prasara dan mengancam matapencaharian masyarakat yang umumnya nelayan dan petani. Dalam rangka meminimalisasi dampak perubahan iklim, maka memerlukan usaha masyarakat untuk bisa beradaptasi dan melakukan mitigasi terhadap bencana perubahan iklim. Salah satu metoda yang dilakukan adalah melaksanakan pendidikan adaptasi dan mitigasi berbasis masyarakat. Pada pelaksanaan 2021 dan 2022 fokus dalam mengembangkan model Pendidikan dan menerapkannya pada kelembagaan masyarakt kampung. Dalam kegiatan tahun 2023, model yang telah dikembangkan akan diperkuat dengan kontek pengetahuan lokal(wilayah pulau kecil) dan melembagakannya dalam struktur kampung, maupun Pendidikan di tingkat SD. Implementasi kegiatan di wilayah Kecamatan Tabukan Selatan, salah satu wilayah yang cukup terdampak oleh gelombang tinggi dan cuaca eksterim. Pelaksanaan Pendidikan akan melibatkan mitra kelompok masyarakat yaitu Kelompok Sampiri dan masyarakat Kampung Bentung dan Malamenggu . |