Karya
Judul/Title Pengembangan Analog Kurkumin sebagai Suplemen Hepatoprotektif Terhadap Kerusakan Sel-Sel Hepar Akibat Pemberian Anti-tuberkulosis Isoniazid, Rifampicin, dan Pyrazinamide
Penulis/Author
Tanggal/Date 2012
Abstrak/Abstract Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. TB di Indonesia meruupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi. Beberapa bukti menunjukkan bahwa salah satu obat menginduksi hepatotoksik yang serius dan fatal adalah obat-obat TB yang mengandung isoniazid (INH), rifampicin (RIF), dan pyrazinamide (PRZ). Manajemen hepatotoksik-terinduksi OAT secara klinik hanya dilakukan dengan cara dechallenge-rechalenge setelah fungsi liver normal kembali dan saat ini belum dikembangkan suatu obat suplemen untuk mencegah atau mengurangi efek hepatotoksik obat TB. Saat ini, salah satu analog kurkumin yang dikembangkan sebagai hepatoprotektif adalah Gamavuton-0 (GVT-0) hasil sintesis Curcumin Research Center (CRC, Farmasi UGM). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas hepatoprotektif GVT-0 dalam mencegah atau mengurangi efek hepatotoksik sel-sel hati-terinduksi obat-obat TB (INH, RIF, dan PRZ). Penelitian ini dilakukan secara in vivo menggunakan subyek uji tikus Wistar jantan. Empat puluh delapan ekor tikus jantan secara acak dibagi menjadi 6 kelompok (8 ekor tiap kelompok): kelompok I, kontrol normal; kelompok II untuk kontrol perlakuan obat anti-tuberkulosis (INH, 50 mg/kg BB; RIF, 100 mg/kg BB, dan PZA, 300 mg/kg BB) sekali sehari selama 21 hari; kelompok III, perlakuan GVT-0 dosis 50 mg/kg (p.o.) sekali sehari selama 21 hari, sedangkan kelompok IV-VI untuk perlakuan 3 peringkat dosis GVT-0 (10, 25 dan 50 mg/kg), secara oral sekali sehari selama 21 hari simultan dengan pemberian obat anti-tuberkulosis (INH, RIF, dan PZA). Pada hari ke-14 dan satu jam setelah perlakuan terakhir dilakukan sampling darah untuk penetapan aktivitas ALT, AST, ALP, dan kadar bilirubin. Selanjutnya hewan uji dilakukan euthanasia dengan light anestesi ether dan dilakukan pembedahan untuk diambil organ liver untuk pengamatan histopatologi dan preparasi homogenat. Homogenat liver digunakan untuk menetapkan estimasi kandungan glutation, serta pemeriksaan histopatologi organ hepar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan aktivitas SGPT, SGOT, ALP serum dan bilirubin total agak bervariasi pada hari ke-0 (sebelum perlakuan). Hal ini mungkin disebabkan perbedaan variasi biologis hewan uji yang digunakan. Pemberian OAT (INH, RIF, PRZ) pada hewan uji tikus justru menurunkan aktivitas SGPT dan SGOT (hari ke-0 dan ke 14, 21). Selanjutnya pada perlakuan GVT-0 secara simultan dengan pemberian obat-obat antituberkulosis (INH, RIF, dan PRZ) pada tikus Wistar justru sebagian besar juga menurunkan aktivitas enzim SGPT dan SGOT dibandingkan aktivitas enzim sebelum perlakuan (hari ke-0). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian GVT-0 tidak secara signifikan bermakna memperbaiki fungsi hepar akibat pemberian OAT. Sedangkan, kandungan GSH pada kelompok perlakuan relatif lebih rendah dibanding kontrol OAT. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian GVT-0 juga tidak mampu menaikkan kandungan GSH dalam hepar. Sedangkan pada pemeriksaan histopatologi, perlakuan GVT-0 secara kualitatif memperbaiki gambaran histopatologi organ hepar. Hal yang menarik adalah pemberian GVT-0 saja justru memberikan efek toksik pada organ hepar dilihat dari adanya perubahan infiltrasi glikogen, degenerasi hidropik, dan radang pada semua hewan uji yang diamati. Hal ini membuktikan bahwa pemberian GVT-0 (10-50 mg/kg) selama 21 hari bersamaan dengan pemberian OAT (INH, RIF, PRZ) relatif dapat memperbaiki gambaran histopatologi dibandingkan kontrol OAT.
Rumpun Ilmu Farmakologi dan Farmasi Klinik
Bahasa Asli/Original Language Bahasa Indonesia
Level Nasional
Status
Dokumen Karya
No Judul Tipe Dokumen Aksi