Abstrak/Abstract |
Balita pendek atau biasa disebut stunting adalah salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Anak-anak didefinisikan mengalami stunting jika tinggi badan mereka dengan nilai z-scorenya kurang dari -2.00 SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3.00 SD (severely stunted) standar pertumbuhan anak. Tujuan dari pengukuran panjang-tinggi badan bayi dan balita tersebut untuk mengidentifikasi status stunting anak sehingga dapat diidentifikasi penanganan dengan tepat dan cepat. Namun demikian berbagai permasalahan sering ditemui terkait pemantauan panjang-tinggi badan bayi dan balita, mulai dari prosedur yang tidak sesuai yang dilakukan kader kesehatan ketika mengukur, keadaan bayi yang rewel ketika diukur, alat ukur yang kurang memadai, hingga pencatatan dan pelaporan hasil pengukuran yang bias. Kesalahan dalam mengukur tinggi badan dapat mempengaruhi validitas pengukuran yang berdampak cukup fatal karena intepretasi yang diperoleh akan menjadi salah diagnosis dan akhirnya balita yang tidak seharusnya stunting dicatat stunting begitupula sebaliknya. Pada umumnya alat pengukuran panjang dan tinggi badan serta pengolahan status balita dilakukan secara manual, sehingga belum cukup efisien dalam pencatatan historis balita karena membutuhkan waktu yang cukup lama. Pencatatan dan pelaporan status kesehatan balita yang masih manual akan rentan mengalami kesalahan dan ketidakorganisiran data yang dapat mengakibatkan salah indikasi kesehatan anak di wilayah tersebut. Salah satu upaya untuk mempercepat pencatatan stunting adalah dengan membuat alat pengukur Panjang dan tinggi badan bayi balita dengan berbasis pada computer vision dan IoT. Dengan adanya alat ini, petugas di posyandu dalam melakukan pengukuran panjang dan tinggi badan akan sangat terbantu, menjadikan proses pengukuran menjadi cepat dan valid sehingga data pengukuran akan menjadi valid dan lebih bisa dipertanggung jawabkan. |