Abstrak/Abstract |
Proposal ini diusulkan dengan latar belakang untuk berkontribusi dalam pengembangan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pendidikan dan Pelatihan Universitas Gadjah Mada UGM di Ngandong-Getas melalui penanaman pisang abaka penghasil serat. Kebutuhan serat alami dari abaka masih sangat tinggi sehingga pengembangannya di lahan tersebut akan mampu meningkatkan pendapatan petani disekitar kawasan yang termasuk penduduk miskin dan mendukung industri berbasis serat di Indonesia atau untuk kepentingan eksport bahan mentah berupa serat. Untuk penamanan dibutuhkan bibit dalam jumlah besar sehingga hanya dengan teknologi kultur jaringan hal tersebut dapat dipenuhi. Pusat Studi Bioteknologi UGM sudah mampu melakukan propagasi abaka secara in vitro di laboratorium namun masih diperlukan dukungan untuk produksi masal sampai siap ditanam di lapangan. Oleh karena itu, proposal ini diajukan untuk mendapat dukungan pengembangan teknologi propagasi in vitro abaka yang sudah dikuasai. Kegiatan yang akan dilakukan adalah propagasi masal sampai menjadi bibit siap tanam di lapang. Dari botol-botol kultur sudah berhasil diaklimatisasi di rumah kaca, selanjutnya adalah pemindahan ke medium tanam dalam polibag berupa paket bibit siap tanam. Infrastruktur rumah kaca perlu ditinghkatkan kapasitasnya dan juga kebutuhan tenaga kerja perawatannya. Bibit-bibit yang sudah beradaptasi dengan kondisi luar akan dipindahkan ke Penangkaran Bibit dekat dengan lokasi pengembangan di KHDTK-PP-UGM di Ngandong Getas. Pelatihan dan pengawasan Kelompok Tani Penangkar Bibit di lokasi penangkaran bibit akan dilakukan secara reguler. Selanjutnya ketika jumlah bibit sudah memenuhi target pengembangan di lahan untuk luasan 1-2 ha sekitar 1-2000 bibit maka persiapan lahan dilakukan secara manual dengan pencangkulan maupun dengan mesin traktor. Penanaman bibit dilakukan di awal musim hujan ketika bibit sudah berumur sekitar 4 bulan di penangkaran. Penolahan lahan meliputi pembersihan ligkungan lahan penggemburan tanah, pembuatan paritparit draimase/irigasi dan pembuatan lubang tanam. Penanaman bibit pada lubang tanam didahului dengan pemupukan organik pupuk kandang dengan inokulum mikroba bermanfaat untuk mencegah infeksi patogen penyebab layu. Pengairan perlu dilakukan ketika hujan tidak memenuhi kebutuhan air, namun drainase juga harus dilakukan agar pertanaman tidak mengalami penggenangan air yang merusak perakaran. Pemupukan lengkap diertimbangkan ketika memang diperlukan, namun dihindari aplikasi pemupukan yang berlebihan. Perawatan reguler meliputi pemotongan daun-daun yang kering seperlunya dan kemunculan gejala-gejala kelainan pertumbuhan termasuk gejala serangan hama dan patogen penyebab penyakit. Kemunculan hama dan penyakit harus segera ditangani secara dini sebelum menyebar, oleh karena itu monitoring terhadap pertanamn perlu dilakukan secara rutin. Pemencaran tunas anakan dilakukan secara rutin terhadap rumpun-rumpun yang sehat dengan meninggalkan pohon induk maksimal 3 per rumpun. Pelatihan Kelompok Tani untuk
pemencaran dan propagasi tunas secara konvensional dari bonggol pohon yang ditebang akan dilakukan Pemanenan dilakukan ketika tanaman mulai berbunga dilakukan penebangan pohon, pembersihan batang, pengelupasan pelebah, ekstraksi serat, penjemuran serat dan pengepakan. Sebelum proses panen sampai pengepakan akan dilakukan pelatihan kepada kelompok tani untuk meyiapan proses tersebut dengan baik. Hasil panen diukur kualitas dan kuantitasnya dengan penimbangan dan analisis kualitas serat di lab teknologi hasil hutan Fak. Kehutanan UGM. Perkiraan harga hasil panen akan dilakukan oleh mitra pengelola industri mitra UGM diikuti dengan analisis usaha tani untuk menghitung visibilitas pengembangan abaka tersebut. |