Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi Metabolit Sekunder Streptomyces sp. GMR22 terhadap Toksisitas pada Sel BHK-21
Penulis/Author
Diani Mentari (1); Mirtati Naima (2); RISKA WULANSARI (3); Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D. (4); Dr. Tri Rini Nuringtyas, S.Si., M.Sc. (5); Ph.D Tri Wibawa dr. (6); Dr.biol.hom. Nastiti Wijayanti, S.Si., M.Si. (7)
Tanggal/Date
2019
Kata Kunci/Keyword
Abstrak/Abstract
Potensi Streptomyces sebagai penghasil metabolit sekunder sudah cukup dikenal secara luas, dikarenakan
Genus ini menghasilkan senyawa yang memiliki sifat multiple pleotropik action. Streptomyces. sp GMR22
merupakan isolat lokal yang diperoleh dari Hutan Wanagama I Yogyakarta, berpotensi untuk dikembangkan
sebagai penghasil senyawa aktif karena diketahui memiliki gen PKS dan NRPS. Senyawa aktif hasil isolasi
sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor salah satunya adalah teknik ekstraksi. Perbedaan teknik
ekstraksi suatu senyawa alam akan sangat berpengaruh terhadap kualitas metabolit sekunder yang
dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek sitotoksisitas dari metabolit sekunder
Streptomyces sp. GMR22 yang diperoleh dengan dua metode ekstraksi yang berbeda. Pada penelitian in
ekstraksi bertingkat menggunakan metode corong pisah yaitu pertama diekstraksi dengan senyawa non polar
(n-heksan) selanjutnya diektraksi kembali menggunakan senyawa semi polar (etil asetat). Pada penelitian
sebelumnya metabolit sekunder diekstraksi dengan metode corong pisah hanya menggunakan senyawa etil
asetat. Hal ini menyebabkan dengan penggunaan konsentrasi terendah pada uji antivial virus dengue (uji
lanjutan) menyebabkan 100% kematian pada sel BHK-21. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstraksi
bertingkat menghasilkan nilai CC50 yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yaitu
49,160 µl/ml (hasil ekstraksi n-heksan) dan 284,56 µl/ml (hasil ekstrak Etil Asetat) sedangkan ekstrak air
464,38 µl/ml. Analisis senyawa dengan FTIR menunjukkan bahwa ketiga ekstrak yang dihasilkan memiliki
pola spektrum yang berbeda terutama pada ektrak n-heksan dan ekstrak etil asetat. Adanya CC50 yang tidak
terlalu tinggi diharapkan metabolit sekunder yang dihasilkan dapat digunakan untuk analisis lanjut seperti
uji antivirus karena aman terhadap sel normal/sel host seperti sel BHK-21.
Kata Kunci: Streptomyces sp. GMR22, metabolit sekunder, BHK-21, FTIR, CC50
Rumpun Ilmu
Biologi (dan Bioteknologi Umum)
Bahasa Asli/Original Language
Bahasa Indonesia
Level
Nasional
Status
Dokumen Karya
No
Judul
Tipe Dokumen
Aksi
1
74_ Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi Metabolit Sekunder Streptomyces sp_ GMR22 terhadap Toksisitas pada Sel BHK-21.pdf