Penulis/Author |
Prof. Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, M.P., M.Sc. (1) ; Prof. Ir. Achmadi Priyatmojo, M.Sc., Ph.D. (2); Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D. (3) |
Abstrak/Abstract |
Teknologi mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendukung peningkatan produksi pertanian. Hal itu terlihat dari pencapaian kenaikan produksi beras dalam kurun waktu 35 tahun terakhir sebagai dampak penerapan teknologi yang lebih maju. Terkait hal itu, Mosher et al. (2003) menempatkan teknologi sebagai syarat mutlak pembangunan pertanian. Apabila tidak ada perubahan teknologi, pembangunan pertanian akan terhenti dan kenaikan produksi juga terhenti, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan tanah yang semakin meningkat akibat hama penyakit yang kian merajalela. Pandangan terhadap perubahan teknologi tersebut dapat dimaknai sebagai teknologi yang adaptif terhadap kondisi biofisik dan lingkungan sosial budaya setempat. Contoh praktik penerapan teknologi spesifik lokasi oleh petani adalah cara petani menyesuaikan budi daya dengan kondisi agroekosistem setempat sehingga terbentuk sistem produksi yang spesifik pada lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan, lahan kering (gaga), lahan lebak, dan pasang surut. Hal tersebut disebabkan setiap komoditas tumbuh dengan baik pada kondisi iklim, tanah, dan dukungan sosial budaya yang spesifik. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menerapkan teknologi spesifik lokasi yang diperkaya dengan teknologi tepat guna hasil penelitian tim Fakultas Pertanian UGM. Penerapan teknologi tersebut memanfaatkan kondisi spesifik lokasi Dusun Ponggok, Trimulyo, Jetis, Bantul yang mempunyai bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk dan kearifan lokasi dalam budi daya padi sawah yang sudah dilakukan petani secara turun-temurun. Tim Pengabdian kepada Masyarakat, Fakultas Pertanian UGM telah melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat berbasis hasil penelitian dan teknologi tepat guna di Dusun Ponggok pada 2013 dan 2014. Selama dua musim, kemajuan yang signifikan dan partisipasi para petani pun terlihat. Pada 2013, hasil ubinan demplot rata-rata berjumlah 6,8 ton/ha. Setelah dilakukan pendampingan dan penyuluhan secara terus menerus, hasil ubinan meningkat menjadi 7,8—9,8 ton/ha pada 2014. Kegiatan penerapan teknologi tepat guna di lahan milik petani merupakan hal yang tidak mudah. Meskipun sebelumnya telah dilakukan penyuluhan, tidak semua petani mau dan berani melaksanakan semua teknologi yang dianjurkan. Hal itu disebabkan mereka masih ragu, terutama berkaitan dengan jarak tanam, umur benih, dan jumlah bibit yang akan ditanam. Tahun 2015, paket teknologi yang diintroduksikan adalah bibit sehat, sistem tanam “tapak macan”,“tajarwo”, pupuk kompos buatan sendiri yang berasal dari limbah sekitar lokasi, dan pupuk hayati. Hasil penerapan teknologi spesifik lokasi pada musim tanam, April—Juli 2015, menunjukkan adanya peningkatan produksi padi sawah. Akan tetapi, faktor petani sebagai pelaku tetap menjadi kunci keberhasilan penerapan teknologi tersebut. |