Penulis/Author |
Prof. Dr. drh. Ida Tjahajati, MP. (1) ; drh. Fatkhanuddin Aziz, M.Biotech., Ph.D (2); Dr. Ir. Nurulia Hidayah, S.Pt., M.P., IPM., ASEAN Eng. (3); drh. Muhammad Rosyid Ridlo, M.Sc. (4); drh. Nur Ika Prihanani, M.Sc (5); drh. Risa Ummami, M.Sc. (6); Ahmad Baidlowi, S.Pt., M.Sc. (7) |
Abstrak/Abstract |
Budidaya ternak Kambing Peranakan Etawah (PE) yang ada kelompok Ternak Mantep Makaryo Hargotirto, Kokap, Kabupaten Kulon Progo sudah dilakukan secara turun-temurun. Metode pemeliharaan pada budidaya tersebut hampir sebagian besar dipelihara dengan manajemen yang tradisional. Kandang kambing yang komunal dipelihara di setiap dekat rumah warga dan medan daerah yang terkadang sulit diakses menyebabkan motode pemeliharaan tidak dilakukan free range, akan tetapi dikandangkan dalam suatu kandang dan diberi pakan. Model pemeliharaan tersebut secara umum memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pemeliharaan dengan sistem tersebut yaitu pengawasan yang mudah, meminimalkan faktor predator, dan dapat mengetahui informasi pemeliharaan (rekording, pakan, minum, obat, vitamin, perlakuan, kapan dikawinkan dan lain-lain). Selain itu, pemeliharaan tersebut juga memiliki beberapa kelemahan, seperti: kambing kesulitan mengespresikan behaviornya, apabila manajemen pemeliharaan tidak baik maka akan menimbulkan masalah penyakit, peternak harus lebih aktif dalam kebersihan dan sanitasi kandang, perternak harus menyiapkan pakan dan minum ternak serta lain-lainnya.
Salah satu kendala yang dapat mempengaruhi percepatan pengembangan ternak kambing/domba dipedesaan adalah penyakit, hal tersebut disebabkan manajemen pemeliharaan yang masih sederhana. Penyakit tidak hanya mengakibatkan kerugian ekonomi karena penurunan produktivitas ternak bahkan dapat berakibat fatal berupa kematian (Iqbal et al., 1993). Deteksi adanya nematodiasis pada kelompok ternak mitra belum pernah dilakukan. Selama ini peternak melakukan pengobatan hanya berdasar pengalaman peternak lain yang kurang berdasar ilmiah, pengobatan yang dilakukan masih belum sesuai dengan kaidah farmakologi, tidak adanya penerapan strategi pengobatan berdasarkan siklus hidup nematoda dan evaluasi hasil pengobatan yang belum pernah dilakukan.
Permasalahan yang ditemui di kelompok ternak Mantep Makaryo adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan peternak untuk dapat menerapkan GFP yang baik dalam pemeliharaan peternakan kambing PE termasuk deteksi dini dan pencegahan infeksi nematodiasis, sehingga berdasarkan keadaan tersebut dibutuhkan pembinaan. Kasus nematodiasis sering ditemui terutama didaerah tropis seperti Indonesia pada ternak kambing/domba yang dipelihara dan peternak kurang perhatian terhadap kejadian nematodiasis, termasuk di kelompok ternak mitra. Beberapa permasalahan dan strategi terkait potensi infeksi nematodiasis pada kelompok ternak mitra yaitu:
a. Kasus nematodiasis sering ditemui terutama didaerah tropis seperti Indonesia pada ternak kambing/domba yang dipelihara dan peternak kurang perhatian terhadap kejadian nematodiasis, termasuk di kelompok ternak mitra.
b. Pengobatan dengan albendazole dapat dilakukan secara mandiri oleh peternak, karena obat dapat dibeli bebas tanpa menggunakan resep dokter hewan, namun peternak seringkali dalam melakukan pengobatan tidak mengikuti kaidah farmakologi yaitu memperhitungkan bobot badan ternaknya dan bagaimana strategi pengobatan yang baik dengan memperhatikan siklus hidup nematoda.
c. Kesadaran peternak untuk memeriksakan feses ternaknya untuk memantau adanya infeksi cacing masih sangat rendah padahal biaya uji tidak terlalu mahal.
|