Penulis/Author |
Ir. Hanif Ilmawan, S.T., M.Eng. (1) ; Ir. Rochmad Muryamto, M.Eng.Sc (2); Hidayat Panuntun, S.T., M.Eng., D.Sc. (3); Muhammad Iqbal Taftazani, S.T., M.Eng. (4); Erlyna Nour Arrofiqoh, S.T., M.Eng. (5); Amin Fadlilah Zain Al Mahfudz (6); Aqmal Cahyo Kumoro (7); Dendy Elvian Darmansyah (8); Ema Fitria Sari (9); Ummu Hanifah Supriyanti (10) |
Abstrak/Abstract |
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Dalam Negeri, Kalurahan Kaliagung masuk ke dalam kategori Desa Ektrem Miskin di Kulon Progo. Salah satu penyebabnya adalah kekayaan asli desa yang belum dikelola dengan baik, agar dapat menjadi sumber pendapatan asli desa dan/atau memenuhi kepentingan sosial semaksimal mungkin. Pengelolaan kekayaan asli desa di Kalurahan Kaliagung harus dapat mengoptimalkan daya guna dan hasil guna untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat desa (Pergub DIY No.11 tahun 2012). Dalam rangka mendukung pengelolaan kekayaan dan aset desa secara lebih integratif, maka diperlukan informasi-informasi dasar yang berkualitas.
Agar dapat mewujudkan smart village tersebut, dibutuhkan data dasar (Informasi Geospasial Dasar/IGD) sebagai data acuannya. Data dasar tersebut adalah berupa peta dasar yang menggambarkan Kalurahan Kaliagung secara detail dan utuh. Peta dasar adalah salah satu dari IGD, yaitu penyajian lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia di permukaan bumi pada skala dan sistem proyeksi tertentu yang berguna untuk alat bantu dalam pengambilan keputusan terkait ruang kebumian (Pasal 1 UU No. 4 tahun 2011). Peta ini dapat dihasilkan dari berbagai sumber, yaitu terestris, foto udara, dan citra satelit. Salah satu sumber perolehan data yang cepat, akurat, efisien, dan murah untuk pemetaan ini adalah dengan pemotretan udara dengan wahana Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk menghasilkan foto udara (Adi dkk, 2017). Pemetaan seperti ini umum disebut metode fotogrametri dengan wahana tanpa awak. Pemetaan fotogrametri dengan wahana ini tercatat dapat memetakan area seluas 10-15 km2 per hari dengan produk peta skala 1:500 (Ramdani, 2017). |