Judul/Title |
PEMBERDAYAAN PENGURUS DAN ANGGOTA PENGAJIAN MAJELIS TAKLIM SALIMAH MELALUI SENAM SEHAT, PENDIDIKAN DAN PENYULUHAN KESEHATAN, PEMERIKSAAN FISIK: KEGIATAN BERKESENAMBUNGAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KESAKITAN GINJAL DI DUSUN IRONAYAN, DESA BATURETNO, BANGUNTAPAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA |
Penulis/Author |
dr. Santosa Budiharjo, M.Kes., PA(K). (1) ; Prof. Dr. dr. Dwi Cahyani Ratna Sari, M.Kes.PA(K) (2); Dr. dr. Muhammad Mansyur Romi, S.U., PA(K) (3); Dr. dr. Ch. Tri Nuryana, M.Kes (4); dr. Nur Arfian, Ph.D. (5); dr. Junaedy Yunus, M.Sc., Ph.D. (6); Wiwit Ananda Wahyu Setyaningsih, S.Keb., M.Sc. (7); dr. Eryna Ayu Nugra Desita, M.Biomed (8); dr. Ratih Yuniartha, Ph.D. (9) |
Abstrak/Abstract |
Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di masyarakat. Beberapa dekade terakhir prevalensi dan insidensi PGK meningkat setiap tahunnya. Salah satu factor terjadinya peningkatan PGK adalah masalah kesehatan usia lanjut dan pola konsumsi makanan. Penyakit kardiovaskular merupakan komplikasi utama dari Penyakit Ginjal Kronis (PGK) (1). Peningkatan kadar serum asam urat didalam darah dianggap sebagai penanda dari PGK dan merupakan faktor indpenden dari penyakit jantung-pembuluh darah. Telah diketahui terjadinya peningkatan asam urat pada pasien dengan hipertensi, obesitas, sindrom metabolik, diabetes mellitus tipe 2, PGK dan penyakit jantung (2).
Hiperurisemia juga dikaitkan dengan adanya peningkatan risiko penyakit jantung yang terjadi sebagai dampak dari obesitas dan resistensi insulin. Beberapa penelitian menggambarkan bahwa asam urat tidak hanya sebagai faktor risiko utama tetapi juga salah satu faktor risiko yang penting untuk penyakit jantung-pembuluh darah. Hiperurisemia, baik dengan maupun tidak ada deposit kristal asam urat, diketahui dapat memicu terjadinya vasokosntriksi pembuluh darah dan gagal ginjal (3,4). Hiperurisemia juga memberikan dampak pada system kardiovaskular berupa ketidakseimbangan antara agen vasokonstriktor dan vasodilator yang mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel pembuluh darah. (4).
Dari penelitian epidemologis dilaporkan oleh sebuah survei, National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) oleh The US Centre for Disease Control and Prevention bahwa prevalensi penyakit ginjal kronis meningkat dari 12% pada tahun 1988-1994, menjadi 15% pada 2003-2006. Prevalensi meningkat pada populasi dengan umur 60 tahun keatas, dari 32% menjadi 38% (5). Data yang dihasilkan dari survei komunitas oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) didapatkan bahwa 12,5?ri populasi sudah mengalami penurunan fungsi ginjal. Dari hasil survey ini dapat disimpulkan bahwa lebih dari 25 juta penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal(6).
Hipertensi meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung iskemik, dan semua sebab kematian(7). Aktivitas fisik dapat menurunkan risiko kejadian-kejadian tersebut, diantaranya sebagian karena penurunan tekanan darah(8). Sistematik review (9) dari enam penelitian prospektif cohort tentang hipertensi (10-15th) menyimpulkan bahwa aktivitas fisik secara bermakna menurunkan semua kasus dan kematian pada penyakit jantung-pembuluh darah. Meskipun aktivitas fisik dapat memperbaiki hipertensi, keuntungan secara khusus tidak diketahui secara pasti, termasuk efek dari intensitas, dan penyakit yang dipengaruhi secara spesifik. Hipertensi juga meningkatkan risiko diabetes mellitus, dan gagal ginjal (7), dan efek dari latihan fisik termasuk dosis dan intensitas pada kondisi ini masih jarang diinvestigasi.
Pengetahuaan mengenai kesehatan ginjal melalui skrening pemeriksaan kesehatan dan diskusi interaktif pada kelompok kelompok masyarakat diluar perkotaan perlu digalakkan. Program ini diharapkan memberikan penambahan pengetahuaan dan memperdayakan pengurus kelompok kegiatan di masyarakat, khususnya Pengajian taklim Salamah di Kecamatan Banguntapan, Bantul untuk dapat nantinya dapat menfasilitasi kegiatan kegiatan ceramah dan pemeriksaan kesehatan selanjutnya baik terkait untuk penyakit pada organ ginjal, maupun penyakit pada organ organ tubuh lainnya seperti jantung, paru, otak, tulang dan sendi. Faktor pendukung untuk masyarakat di dusun Ironayan adalah adanya kelompok Pengajian taklim salimah, sedangkan jumlah partisipasi kegiatan pertemuan pengajian adalah fluktuatif. Untuk selanjutnya salah satu usaha untuk meningkatkan partisipasi jumlah kehadiran adalah dengan memadukan kegiatan ceramah dan pemeriksaan kesehatan dengan kegiatanpengajian menjadi kegiatan integratif yang bermanfaat untuk kesehatan fisik, mental, spirituial, dan sosial.
|