Abstrak/Abstract |
Absorpsi obat oral dipengaruh oleh banyak faktor seperti bentuk sediaan obat, kelarutan, stabilitas obat, pengosongan lambung, transporter uptake dan efluks, serta enzim pemetabolisme usus. Kelarutan merupakan permasalahan kompleks yang terjadi pada kasus ionisasi obat basa lemah yang kelarutannya buruk. Obat basa lemah memiliki kelarutan yang tergantung pH. Pada pH rendah, kelarutannya baik sedangkan pada pH tinggi kelarutannya buruk. Gradien pH ini terjadi selama transisi dari lambung menuju saluran instestinal. Lambung memiliki pH rendah yang akan mengionisasi obat basa lemah tergantung pKa obat. Namun pada cairan intestinal, terjadi deprotonasi ke dalam bentuk basa bebas sehingga menyebabkan kelarutannya berkurang. Penurunan kelarutan obat dapat menyebabkan terjadinya supersaturasi dengan risiko presipitasi. Presipitasi obat umumnya tidak diinginkan karena redisolusi tidak sempurna selama waktu transit intestinal. Fraksi dari obat terpresipitasi biasanya diasumsikan tidak tersedia untuk absorpsi. Kelarutan yang rendah pada usus dapat berpengaruh besar terhadap absorpsi obat sebab sebagian besar obat oral diabsorpsi optimum di usus halus atau daerah duodenum.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kelarutan pada senyawa obat basa lemah adalah pembentukan kompleks polimer dengan obat. Interaksi antara dua muatan yang berlawanan dari polimer dan obat dikenal sebagai polielektrolit kompleks (PEC). Pembentukan kompleks disebabkan oleh interaksi elektrostatik antara muatan obat dan polimer yang berlawanan. Metode pembuatan ini tidak memerlukan cross-linking kimia sehingga dapat menurunkan toksisitas dan efek lain yang tidak dinginkan. Penggunaan polimer alami memiliki keuntungan dalam formulasi obat karena tersedia banyak di alam, biodegradable, biokompatibilitas, serta rendah toksisitas. Contoh polimer bermuatan negatif yang dapat digunakan adalah alginat, karagenan, pektin, dan asam hialuronat. Teknologi formulasi PEC merupakan teknologi sederhana yang paling efektif dan efisien untuk mencegah fenomena alamiah berupa presipitasi yang terjadi pada obat basa lemah.
Optimasi kompleks obat dan polimer dilakukan menggunakan software Design Expert. Pembentukan kompleks obat dan polimer secara polielektrolit kompleks antara muatan positif dari model obat basa lemah berupa siprofloksasin dan muatan negatif dari polimer alami berupa alginat, karagenan, pektin, dan asam hialuronat. Hasil pembentukan kompleks obat dan polimer, kemudian dievaluasi dan dikarakterisasi dengan mengukur kelarutan, kinetika supersaturasi, FTIR, TGA, SEM, dan XRD. Dari hasil karakterisasi tersebut, dipilih formula optimum. Formula kompleks obat-polimer yang optimum kemudian dibuat sediaan tablet. Dilakukan uji bioavailabilitas pada sediaan tablet kompleks obat-polimer dan tablet konvensional. Uji bioavailabilitas ini dilakukan secara in vivo menggunakan hewan uji, selain itu juga dilakukan uji disolusi tablet sebagai data in vitro. Data in vivo dan in vitro ini kemudian dikaji secara IVIVC untuk menentukan korelasi data in vivo dan in vitro.
Luaran yang ditargetkan untuk tahun pertama adalah diperoleh data formulasi, karakterisasi dari kompleks obat-polimer, serta pengaruh formulasi terhadap peningkatan kelarutan obat basa lemah pada pH basa. Tahun kedua diperoleh data formulasi sediaan tablet dari kompleks obat-polimer serta evaluasi sediaan tablet. Tahun ketiga diperoleh data bioavailabilitas tablet kompleks obat-polimer dibandingkan tablet konvensional dan data kajian IVIVC yang membandingkan korelasi antara data in vivo dari konsentrasi plasma dan data in vitro dari hasil uji disolusi.
|