Abstrak/Abstract |
Pola hidup yang tidak seimbang menyebabkan tingginya angka pertumbuhan kanker di dunia. Metode terapi kanker yang telah dilakukan, yaitu radiasi dan kemoterapi, belum menghasilkan outcome yang diinginkan. Pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi mahalnya terapi dan besarnya efek samping yang ditimbulkan oleh terapi kanker adalah penggunaan bahan alam sebagai alternatif agen antikanker. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan adalah benalu.
Benalu, parasit yang pada awalnya dianggap tidak bermanfaat ternyata berpotensi sebagai agen kemopreventif. Benalu mangga (Dendrophthoe pentandra) dan benalu nangka (Macrosolen cochinchinensis) sebagaimana benalu teh (Scurrula oortina) mengandung senyawa flavonoid kuersetin yang memiliki sifat antitumor. Mekanisme senyawa aktif dalam benalu tersebut kemungkinan melalui aktivitas antioksidan. Kuersetin mampu menghambat ekspresi protein p53 mutan, tirosin kinase, heat shock protein dan siklooksigenase, serta menunjukkan afinitas yang sama dengan tamoxifen pada estrogen reseptor. Kuersetin dapat dapat dikombinasikan dengan agen kemoterapi, misalnya tamoxifen, cisplatin dan busulphan, sehingga dapat mengurangi besarnya dosis kemoterapi yang diperlukan dan menurunkan efek sampingnya.
Penggunaan benalu tanaman sebagai agen antikanker yang menjanjikan masih membutuhkan eksplorasi lebih lanjut, baik dari sisi budidaya maupun formulasi. Selain dapat digunakan dalam bentuk sediaan tradisional (jamu), benalu berpeluang untuk digunakan sebagai fitofarmaka. Dengan dikembangkannya benalu sebagai agen kemopreventif diharapkan dapat meringankan beban penderita kanker dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. |