Penulis/Author |
Kristiani Fajar Wianti, S.Hut., M.Si. (1) ; Dr. Ir. Much. Taufik Tri Hermawan, S.Hut., M.Si. IPU (2); Dr. Mochamad Danang Anggoro, S.Si., M.Si. (3); Daris Fahmaa Sutata, S.Hut., M.Sc. (4); Warsun Jayari (5); Mohammad Syamsudin (6); Ajeng Kumalasari (7) |
Abstrak/Abstract |
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati (kehati) yang melimpah. Salah satunya di jalur pendakian Sapuangin, Desa Tegalmulto, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten terdapat kehati seperti Elang jawa (Nisaetus bartelsi), Vanda Tricolor, Lutung jawa (Trachypithecus auratus), berbagai jenis mamalia, serta keragaman tipe ekosistem yang terpantau dengan baik. Hal tersebut menjadi dasar pengembangan pusat edukasi konservasi kehati. Sejak tahun 2023, pusat edukasi tersebut telah dirintis oleh Laboratorium Pengelolaan Kawasan Konservasi Fakultas Kehutanan UGM bersama Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) dan masyarakat Desa Tegalmulyo. Pengembangan pusat edukasi konservasi kehati di TNGM ditujukan untuk mewujudkan fungsi pendidikan dari suatu kawasan konservasi. Langkah-langkah untuk mewujudkan pusat edukasi konservasi kehati di TNGM meliputi (1) identifikasi keanekaragaman hayati dan analisis pemangku kepentingan (tahun pertama); (2) peningkatan kapasitas dan fasilitas (tahun kedua); dan (3) peluncuran pusat edukasi konservasi kehati (tahun ketiga).
Pada tahun 2023, tim Laboratorium Pengelolaan Kawasan Konservasi menemukan hubungan positif antara BTNGM dan Desa Tegalmulyo. Lebih lanjut, hubungan tersebut berupa komunitas dalam kemitraan konservasi, kolaborasi antara BTNGM dan Pokwis di bidang pariwisata, serta kerjasama BTNGM dengan Komunitas Akar Bibi dalam kegiatan konservasi keanekaragaman hayati. BTNGM, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, dan masyarakat desa sekitar Sapuangin berkomitmen segera mewujudkan pusat edukasi konservasi kehati. Kegiatan pendidikan dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan dan komparatif studi ke pusat pendidikan konservasi alam lainnya yang berkembang dengan baik.
Pada tahun 2024, tim Laboratorium Pengelolaan Kawasan Konservasi melaksanakan pembuatan materi edukasi dan pelatihan interpreter dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat dalam program edukasi konservasi kehati. Sasaran kegiatan tersebut adalah kelompok masyarakat yang telah membangun kesepakatan bersama pada tahun sebelumnya dengan objek Kawasan TNGM. Materi yang diberikan dalam pelatihan dan praktek menjadi interpreter yaitu teori dan konsep tentang fungsi edukasi kawasan taman nasional serta prinsip-prinsip seorang interpreter.
Peluncuran pusat edukasi konservasi kehati TNGM akan menjadi kegiatan tahap ketiga yang dijadwalkan pada tahun 2025. Komponen yang dirancang dan disiapkan di pusat edukasi yaitu galeri kehati, galeri sejarah kawasan, galeri kisah sukses pengelolaan, galeri kisah peran serta masyarakat setempat dalam konservasi kehati, display interaktif (antara lain: peta potensi kehati, peta jalur interpretasi, informasi layanan pemandu, dll), video dokumenter, dan perpustakaan mini. Lebih lanjut, kegiatan tersebut juga mencakup uji coba paket-paket edukasi yang telah disusun sebelumnya, sekaligus melakukan evaluasi terhadap efektifitasnya dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran pengunjung maupun masyarakat mengenai konservasi. Selain itu, proses uji coba akan melibatkan berbagai pihak, termasuk BTNGM, masyarakat desa penyangga, mahasiswa, pokwis, KTH, dan Komunitas Akar Bibi, guna memastikan bahwa materi edukasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan dapat diterapkan secara optimal. Hasil dari evaluasi tersebut nantinya akan menjadi dasar bagi penyempurnaan program edukasi sebelum diterapkan secara luas. |