Abstrak/Abstract |
Latar belakang: Seperempat pasien PJB merupakan PJB kritis yang mengancam nyawa dan
membutuhkan intervensi bedah atau transkateter dalam satu tahun pertama kehidupan. Program
nasional skrining PJB kritis dengan menggunakan oksimetri untuk semua bayi baru lahir di usia
24-48 jam dapat menurunkan 33% kematian PJB kritis dan 120 kematian bayi per tahun akibat
PJB kritis. Walaupun angka kematian neonatus akibat PJB di Indonesia masih sangat tinggi,
namun Indonesia masih belum mempunyai program nasional skrining PJB kritis untuk setiap bayi
baru lahir. Penelitian pendahuluan (pilot study) yang dilakukan di Indonesia di 4 rumah sakit di
Yogyakarta menunjukkan bahwa skrining pulse oksimeter dapat dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan hambatan-hambatan yang terjadi. Penelitian tersebut melibatkan 1452 bayi
baru lahir, dan 8 dari bayi tersebut terskrining mengalami PJB kritis setelah dilakukan konfirmasi
dengan ekokardiografi. Diseminasi hasil penelitian melalui pelatihan tersebut perlu dilakukan
untuk meningkatkan kewaspadaan dan keterampilan terhadap PJB kritis terutama di layanan
kesehatan primer.
Tujuan: Implementasi dan diseminasi hasil penelitian pendahuluan skrining PJB kritis dengan
oksimeter pada bayi baru lahir di layanan kesehatan primer seluruh Indonesia
Metode: Pelatihan dilakukan di layanan kesehatan primer di seluruh Indonesia. Tenaga kesehatan
di layanan kesehatan primer diberikan pelatihan tentang skrining pulse oksimeter pada bayi baru
lahir sesuai dengan algoritma skrining PJB kritis melalui metode workshop baik secara daring/
luring dengan blended learning. Pelatihan meliputi pemaparan materi tentang PJB, algoritma
skrining, maupun teknis pelaksanaan skrining PJB.
|