Abstrak/Abstract |
Kebijakan pemberian akses pemanfaatan kawasan konservasi oleh masyarakat
menjadi peluang jawaban untuk situasi ketergantungan masyarakat terhadap kawasan
konservasi. Penerapan kebijakan tersebut di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM)
menjadi tantangan bagi janji untuk menyudahi konflik alih fungsi kawasan pada awal
lahirnya kawasan konservasi ini. Skema kemitraan konservasi teridentifikasi berpeluang
menjadi solusi atas konflik lahan di areal Tanah Vonis Resort Srumbung TNGM. Social
profiling yang dilakukan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa masyarakat penggarap
Tanah Vonis tersebut meyakini skema kemitraan akan membuka akses masyarakat untuk
memanfaatkan sumberdaya alam dari dalam kawasan TNGM secara legal dan perlu
dibangun atas dasar pemahaman dan kepentingan bersama (Wianti, dkk, 2019)1.
Kemitraan konservasi menemukan pintu masuk untuk resolusi konflik yang transformatif
(Fisher, 2001). Implementasi kebijakan kemitraan konservasi yang didorong kemudian
akan menjadi sebuah pembelajaran bahwa membangun kolaborasi dalam skema
kemitraan adalah hal yang penting. Kebijakan kemitraan konservasi mensyarakatkan
untuk mewadahi kemitraan dalam suatu perjanjian kerjasama. Karenanya, implementasi
kemitraan konservasi memerlukan modal sosial sebagai amunisinya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan modal sosial yang menjadi
sumberdaya penting dalam implementasi kemitraan konservasi sebagai upaya
penyelesaian konflik lahan di TNGM.
Penelitian ini merupakan sebuah rangkaian penelitian yang telah dilakukan pada
tahun sebelumnya. Pendekatan kualitatif dirujuk dalam penelitian ini. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam (indepht interview) kepada para pelaku dalam
proses implementasi kemitraan konservasi. Indepth interview dilakukan pada kedua pihak
yang terlibat dalam skema kemitraan yaitu paguyuban penggarap tanah vonis dan
kelompok kerja kemitraan TNGM. Pengumpulan data difokuskan pada identifikasi tiga
variabel utama modal sosial yaitu kepercayaan (trust), norma sosial (social norms) dan
jaringan sosial (sosial networking). Identifikasi modal sosial terkait trust, difokuskan pada
perilaku individu serta gaya kepemimpinan dan pengambilan keputusan baik dalam
kelompok paguyuban penggarap tanah vonis maupun kelompok kerja kemitraan
konservasi TNGM. Identifikasi norma sosial difokuskan pada kesediaan membuka diri,
berkomunikasi, dan bernegosiasi dalam proses membangun kolaborasi. Identifikasi
modal sosial terkait social networking, didekati dengan menggunakan komponen
keterlibatan kelompok dalam berbagi informasi, kearifan lokal dan upaya membangun
tujuan bersama. Analisis dilakukan untuk menemukan komponen modal sosial yang
menjadi sumberdaya penting dalam proses implementasi kebijakan kemitraan konservasi
di TNGM. Manfaat yang ingin diraih dari penelitian ini adalah sebuah pembelajaran
dalam membangun kemitraan konservasi yang mengedepankan prinsip-prinsip etis dalam
kelola relasi masyarakat-kawasan serta tidak mengabaikan sendi-sendi kehidupan
masyarakat (Robinson, 2011). |