| Penulis/Author |
Vincentius Tangguh Atyanto Nugroho, S.Pd., M.Hum. (1) ; Ahmad Mu'am, S.S., M.Sc. (2); Cisya Dewantara Nugraha, S.S., M.A. (3); Alfelia Nugky Permatasari, S.S., M.A. (4); Dr. Endang Soelistiyowati, S.Pd., M.Pd. (5); Nabilla Kusuma Vardhani, S.I.P., M.A. (6) |
| Abstrak/Abstract |
Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial ekonomi penduduk di Indonesia, khususnya di Kabupaten Kulon Progo. Menurut data BPS Kulon Progo per Maret 2021, jumlah penduduk miskin di Kulon Progo meningkat menjadi 18,38 persen dari seluruh penduduk, meningkat 3,08 ribu dari tahun sebelumnya. Data rumah tangga miskin di Kulon Progo menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga miskin biasanya lebih banyak daripada keluarga tidak miskin, rata-rata usia kepala rumah tangga miskin lebih tua, dan lama sekolah kepala rumah tangga miskin lebih pendek. . Hanya 74,68% rumah tangga miskin yang memiliki akses air bersih, sedangkan 86,66% memiliki akses jamban sendiri. Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan ekstrim sebagai penduduk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hariannya lebih dari Rp 10.739/orang/hari atau Rp 322.170/orang/bulan.
Pemerintah daerah telah menetapkan tujuan untuk mengentaskan kemiskinan parah di sepuluh lokasi di Kulon Progo, termasuk Desa Demangrejo Kapanewon Sentolo. Menurut data statistik BPS tahun 2022, desa ini memiliki luas 335,93 hektar dan berpenduduk 3.372 jiwa, terdiri dari 1.670 laki-laki dan 1.702 perempuan. Tidak ada definisi pasti tentang kemiskinan ekstrem yang dapat digunakan di tingkat lokal. Akses ke pusat-pusat pendidikan, jumlah penduduk usia produktif di masyarakat, dan semangat kaum muda, semuanya akan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan ekstrem lokal secara lebih cepat. |
