Abstrak/Abstract |
Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan bakteri Gram positif penyebab berbagai penyakit pada manusia dan hewan. Pengobatan infeksi S. aureus umumnya menggunakan antibiotik, namun yang terjadi, resistensi S. aureus terhadap agen antimikroba merupakan masalah global yang semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakter fenotipik dan genotipik pada isolat S. aureus asal hewan terhadap antibiotik golongan β-laktam dan tetrasiklin. Determinasi sifat resistensi 8 isolat S. aureus asal hewan dilakukan secara fenotipik dengan metode Kirby Bauer dan Minimum Inhibitory Concentration (MIC), sedangkan genotipik dengan deteksi gen blaZ dan tet. Korelasi antara diameter hasil uji Kirby Bauer dengan level MIC diuji statistik menggunakan R software. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara gen resisten dengan hasil uji fenotipik menggunakan metode Kirby Bauer dan MIC. Isolat C, D, F, dan TLK dengan karakter gen resisten blaZ-, tetK-, dan tetM- memperlihatkan interpretasi sensitif pada hasil uji Kirby Bauer dan MIC. Sebaliknya isolat DMG, J, PGT, dan KRG mempunyai sifat resisten pada satu atau dua antibiotik yang diuji baik secara fenotipik maupun genotipik (blaZ+, tetK+/tetM+). Diketahui, level MIC beberapa isolat tersebut tergolong tinggi, isolat J dan KRG mempunyai level MIC ampisilin sebesar 32 μg/ml, sedangkan isolat J dan PGT sebesar 256 μg/ml terhadap oksitetrasiklin. Meskipun identifikasi gen resisten dan Kirby Bauer dapat mengetahui karakter resistensi bakteri, namun determinasi MIC perlu dilakukan untuk memberikan informasi kualitatif dan kuantitatif bagi kepentingan pengambilan keputusan tindakan terapeutik dan strategi pengendalian infeksi. |