| Abstrak/Abstract |
Pekerja informal pada umumnya berisiko menderita penyakit maupun kecelakaan akibat kerja karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3), kurangnya keamanan dan perlindungan di tempat kerja, dan juga akibat tidak adanya asuransi maupun pelayanan kesehatan1. Pada tahun 2007, Kementerian Kesehatan memulai program berbasis komunitas bernama “Upaya Kesehatan Kerja (UKK)” yang bertujuan mengembangkan kapasitas komunitas pekerja untuk melaksanakan aktivitas pencegahan primer atas penyakit dan kecelakaan akibat kerja di komunitas atau tempat kerjanya. Keistimewaan program ini adalah Pos UKK yang dijalankan oleh kader UKK dalam supervisi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan melaksanakan aktivitas pencegahan terkait K3 dan memberikan pertolongan pertama atas kecelakaan kerja.
Sebesar 90% pekerja di Kabupaten Kulon Progo bekerja di sektor informal. Program UKK sebenarnya dapat memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran dan kapasitas pekerja dalam melindungi K3 di tempat kerja. sayangnya, program ini baru mulai diinisiasi pad 10 puskesmas dan baru 5 puskesmas yang mengimplementasikannya (dari 10 puskesmas yang diinisiasi).
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan seberapa jauh program UKK telah diimplementasikan di Kulon Progo, untuk menggali faktor yang penting dalam mengadopsi program UKK dan untuk memberikan rekomendasi dalam meningkatkan program UKK. Lima puskesmas dengan program UKK dan lima puskesmas tanpa program UKK akan diteliti.
Kombinasi dari wawancara semi terstruktur, diskusi kelompok terarah, dan pertemuan konsultasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dan perwakilan puskesmas, pekerja, pemberi lapangan kerja dan kepala desa akan digunakan dalam penelitian ini. Data akan dianalisa menggunakan analisa tematik. Diseminasi hasil dan rekomendasi akan dilaksanakan melalui pertemuan arahan kebijakan, dan publikasi akademik. |
