Abstrak/Abstract |
Fakultas Kedokteran Gigi UGM memegang peranan salah satunya dalam
melaksanakan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan atau Education for
Sustainable Development (ESD). Fakultas Kedokteran Gigi UGM memberikan
informasi, penyadaran dan pembelajaran mengenai pentingnya kesehatan gigi dan
mulut kepada masyarakat dan yang terpenting mengedukasi pentingnya
pencegahan penyakit gigi dan mulut di masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut di
atas, Fakultas Kedokteran Gigi UGM secara kontinu melakukan promosi ESD,
melakukan pendampingan, slah satunya dengan membentuk Kader Kesehatan Gigi
dan Mulut di tengah-tengah masyarakat. Kader kesehatan gigi dan mulut yang telah
dilatih dan ditatar memiliki bekal dasar dalam mengedukasi masyarakat lain di
lingkungannya. Mereka bertugas mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan khususnya mengenai kesehatan gigi.
Berdasarkan pada data informasi (DATIN KESGILUT 2014), Riskesdas 2007
dan 2013 menunjukan adanya peningkatan jumlah penderita gigi mulut dari 29.7%
(2007) menjadi 31,3%, sementara untuk effective medical demand (EMD)
menunjukan adanya peningkatan dari 6,9% menjadi 8,1%. Yogyakarta merupakan
provinsi ke-4 dengan jumlah penderita kesehatan gigi dan mulut tertinggi dan
provinsi ke-3 dengan EMD tertinggi se Indonesia.
Kondisi ini merupakan suatu hal yang menjadikan perhatian utama dari
Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Sejalan dengan visi dan misi FKG UGM, maka
dikembangkanlah desa binaan yang diharapkan mampu mewujudkan masyarakat
yang mampu mendorong kemandirian dalam bidang kesehatan gigi dan mulut
secara berkelanjutan. Saat ini FKG UGM mempunyai dua dusun yang telah dibina
yaitu Desa Donokerto dan Desa Ngoro Oro. Tahun 2016, desa Wonokerto Turi dan
desa Panjangrejo Pundong dipilih sebagai desa binaan UGM untuk
mengembangkan kader kesehatan gigi dan mulut menuju desa bebas penyakit gigi
dan mulut.
Dalam pengembangan metode penurunan penyakit gigi dan mulut disamping
dilakukan perawatan terhadap penyakit yang sudah ada diperlukan pendekatan
pendekatan sociodental approach, sebuah pendekatan untuk melihat permasalahan
kebutuhan perawatan kesehatan gigi berdasarkan pada sociodental culture
approach. Berdasarkan pada penelitian menunjukan bahwa pada suatu daerah di
kota Bandung menunjukan adanya prevalensi bebas karies gigi hanya 1,3% saja.
Sisanya, 98,7% responden memiliki karies gigi. Dari prevalensi tersebut ternyata
jumlah masyarakat yang datang baru sekiitar 35% saja, 65% masyarakat memilih
untuk merawat dan mengobatinya sendiri.
Kesenjangan ini terjadi disebabkan adanya perbedaan persepsi dimana
menurut tenaga medis rasa nyeri perlu dilakukan perawatan, akan tetapi bagi
masyakarat nyeri gigi selama bisa diobati sendiri tidak perlu untuk dibawa ke
pelayanan kesehatan. Kesenjangan tersebut bisa diatasi dengan suatu pendekatan
kepada tokoh masyarakat di daerah tersebut. Hal ini mengingat bahwa didalam
kultur kita masyarakat cenderung aktif bertanya kepada tetua/sesepuh ketimbang
ke dokter. Penyebab lainnya adalah terkait faktor sosial ekonomi, dan faktor
psikologis dimana dalam benak masyarakat, dukun atau paraji lebih bernas
ketimbang dokter ataupun bidan.
Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong merupakan desa binaan terbaru yang
diajukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul kepada FKG UGM ketika
perpajangan MOU tahun 2015. Desa tersebut memiliki luas wilayah kurang lebih
528.358 Ha dan terdiri atas 16 dusun dengan penduduk sebanyak 9233 jiwa. Sejak
saat itu banyak program yang telah digulirkan di daerah tersebut namun kebanyakan
dari program tersebut berupa kegiatan Kuratif. Pada tahun 2017 melalui skema
Hibah Pemandatan UGM, Unit Pengabdian masyarakat FKG UGM bersama dengan
tim yang sama dengan penggagas hibah ini melakukan pendataan awal indikatorindikator
kesehatan gigi yang ada pada desa tersebut. Hal itu dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan utama/program yang tepat untuk diaplikasikan dalam
masyarakat desa tersebut. Dari data yang didiapat pada hibah sebelumnya, angka
karies gigi dan kerusakan jaringan periodontal gigi akibat karang gigi masih
mendominasi pada warga masyarakat desa panjangrejo. Data tersebut telah
dilaporkan kepada pihak puskesmas terkait guna mensinergikan program-program
pemerintah dengan kebutuhan masyarakat. Setelah mendapatkan data indikator
kesehatan gigi pada masyarakat desa panjangrejo, selanjutnya harus dilakukan
pelatihan lanjut/penataran bagi kader kesehatan gigi yang telah dibentuk guna
memahami lebh spesifik pencegahan karies gigi dan penyakit periodontal dan
diharapkan materi edukasi yang lebih spesifik seputar karies gigi dan penyakit
periodontal ini dapat disampaikan oleh kader kesehatan gigi da mulut yang telah
dibentuk dan dilatih kepada masyarakat sekitar di desa panjangrejo. |