| Abstrak/Abstract |
Latarbelakang Tahun 2014, Indonesia mewajibkan pencantuman peringatan bergambar pada setiap kemasan rokok. Perlu diukur perilaku merokok setelah pencantuman peringatan bergambar, serta perlu identifikasi peringatan bergambar yang paling efektif mengendalikan perilaku merokok. Metode Sebuah penelitian mixed-method, penelitian kualitatif grounded theory, data dikumpulkan dengan 39 wawancara mendalam dan 8 diskusi kelompok terarah melibatkan 61 responden. Pemilihan responden menggunakan maximum variation dan analisa data dengan content analysis.Penelitian kuantitatif cross-sectional pada 175 responden, data dianalisa menggunakan path regression. Result Data kuantitatif menunjukkan bahwa bagi perokok, intensi berhenti merokok berhubungan secara bermakna dengan peringatan bergambar yang dirasa mencemaskan (p=0.006). Bagi non perokok, intensi tidak mulai merokok berhubungan secara bermakna dengan persepsi terhadap peringatan bergambar yang mencemaskan, lingkungan yang tidak mendukung kegiatan merokok dan paparan iklan rokok yang rendah (p< 0,05). Data kualitatif menunjukkan bahwa peringatan bergambar yang eye catching, misalnya dengan gambar organ tubuh atau gambar yang dianggap menjijikkan memunculkan respon yang diharapkan. Bahaya yang digambarkan dalam peringatan bergambar belum dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat. Masih ada ketidakpercayaan masyarakat terhadap kejadian yang ditunjukkan dalam peringatan bergambar. Efektivitas peringatan bergambar menurun seiring dengan lamanya paparan peringatan bergambar. Kesimpulan Peringatan bergambar perlu terus dicantumkan dalam kemasan rokok. Perlu pembaruan gambar dalam peringatan bergambar secara periodik dengan menampilkan gambar yang dianggap mencemaskan. |
