Abstrak/Abstract |
Latar belakang
Studi mengenai metastatic colorectal cancer (mCRC) perlu dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan bevacizumab pada pasien mCRC dan menyediakan bukti ilmiah bagi pemegang kebijakan. Saat ini bevacizumab terdapat dalam Formularium Nasional dan masuk dalam paket manfaat jaminan kesehatan nasional. Selain itu dapat menambah contoh penerapan penilaian teknologi kesehatan (PTK) dalam konteks Indonesia.
Tujuan
Studi ini bertujuan untuk meninjau efektivitas biaya penambahan bevacizumab pada regimen kemoterapi untuk pasien mCRC di Indonesia.
Metode
Telaah literatur secara sistematik dilakukan untuk meninjau efektivitas klinis dari bevacizumab sebagai acuan dilakukannya perbandingan efektivitas biaya penambahan bevacizumab dibandingkan kemoterapi standar tanpa bevacizumab. Evaluasi ekonomi menggunakan metode cost effectiveness analysis (CEA), cost utility analysis (CUA), dan budget impact analysis (BIA). CEA berdasarkan real world data menggunakan outcome klinik berupa progression free survival dan overall survival yang diperoleh dari studi kohort retrospektif. CUA berbasis modeling digunakan dalam penelitian ini untuk menghitung lifetime cost, lifetime outcome, dan nilai ICER dari kedua intervensi. Analisis farmakoekonomi menggunakan metode analisis cost utility analysis yang membandingkan biaya dengan outcome QALY. BIA digunakan untuk memperkirakan anggaran tambahan yang dibutuhkan untuk terapi seluruh pasien mCRC di Indonesia.
Hasil
Penambahan bevacizumab pada regimen kemoterapi untuk terapi pasien mCRC menghasilkan outome klinik yang lebih baik yaitu PFS dan OS yang lebih panjang dengan nilai ICER sebesar Rp 531.527.028 per tahun PFS and Rp 1.012.060.452 per tahun OS. Penambahan bevacizumab pada regimen kemoterapi untuk terapi pasien mCRC tidak cost effective, dengan nilai ICER dari perspektif penyedia layanan (rumah sakit) sebesar Rp 653.336.010 per QALY jika menggunakan data sekunder dan Rp 354.719.903 per QALY jika menggunakan real world data. Sedangkan nilai ICER dari perspektif sosietal sebesar Rp 668.091.070 per QALY jika menggunakan data sekunder dan Rp 385.393.873 per QALY jika menggunakan real world data. Penambahan bevacizumab pada regimen kemoterapi untuk terapi pasien mCRC membutuhkan tambahan anggaran sebesar Rp 514.855.919.662 untuk 6.110 pasien mCRC yang ada di Indonesia untuk terapi selama 1,5 tahun.
Kesimpulan
Penambahan Bevacizumab pada standar perawatan saat ini pada pasien kanker kolorektal metastatik harus dipertimbangkan kembali karena bukan pengobatan yang hemat biaya. Kementerian Kesehatan dan BPJS harus menginvestasikan kembali anggaran yang dihemat dari pengeluaran bevacizumab dari paket manfaat tersebut untuk program kesehatan masyarakat lainnya misal program yang bertujuan untuk deteksi dini kanker kolorektal sehingga masyarakat Indonesia mendapatkan lebih banyak manfaat kesehatan dan ekonomi dari efisiensi sumber daya yang terbatas.
|