Penulis/Author |
Ari Bimo Prakoso, S.T., Ph.D. (1) ; Ir. Sentagi Sesotya Utami, S.T., M.Sc., Ph.D. (2); Dr.Eng. Ir. Mohammad Kholid Ridwan, S.T., M.Sc., IPU. (3); Prof. Dr. Ir. Faridah, S.T., M.Sc., IPU. (4); Ir. Ayodya Pradhipta Tenggara, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM. (5); Sita Gandes Pinasti, S.T., M.Sc. (6); Dr. Ir. Nur Abdillah Siddiq, S.T., IPP. (7); Prof. Ir. Nazrul Effendy, S.T., M.T., Ph.D., IPM. (8); Thomas Oka Pratama, S.T., M.Eng. (9); M. Arif Efendi, S.Si., M.Sc., Ph.D. (10); Andi Sudarmanto (11); Suryana (12); Ressy Jaya Yanti (13); SANDHI ADHI BASKARA (14); Slamet Haryadi (15) |
Abstrak/Abstract |
Saat ini, angka konsumsi energi berbasis karbon dari waktu ke waktu terus meningkat. Kurangnya insentif untuk berpindah ke energi hijau menyebabkan mayoritas penduduk Indonesia masih menggunakan sumber energi yang tidak terbarukan dan potensi tinggi mencemari lingkungan. Pilihan konsumsi energi seperti kendaraan bermotor dibandingkan kendaraan umum, konsumsi listrik yang berlebihan dan bangunan yang tidak hemat energi merupakan diantara isu konservasi energi dan pengarusutamaan energi hijau di Indonesia. Mengingat perilaku dan kesadaran hemat energi merupakan akumulasi dari perilaku dan kesadaran yang dapat dibentuk sejak kecil, maka dilihat penting untuk memberikan edukasi tentang perilaku hemat energi sedini mungkin. Karakteristik anak usia dini yang masih dalam usia emas sehingga mudah menerima pelajaran dan cenderung mengingatnya untuk waktu yang lama. Kegiatan ini dianggap penting guna menumbuhkan generasi masa depan yang sadar akan perubahan iklim dan aktif dalam gerakan pencegahannya. Terlebih lagi, kegiatan pembelajaran saat ini lebih banyak dilakukan secara daring. Menyikapi keberadaan anak didik yang lebih lama berada di rumah karena pembelajaran tatap muka terbatas, menyebabkan peningkatan pemakaian energi listrik di rumah selama jam sekolah atau jam kerja. Peran orang tua juga menjadi dominan sehingga sasaran edukasi termasuk orang tua didik. |