Abstrak/Abstract |
Penelitian ini menggunakan metode Rapid Convenience Assessment (RCA) untuk mengevaluasi pelaksanaan introduksi vaksin Japanese Encephalitis (JE) di Indonesia. Survei dilakukan di tiga provinsi utama—Bali, Kalimantan Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)—yang endemisitas tinggi terhadap penyakit JE. Metode ini bertujuan untuk menilai cakupan imunisasi, pemahaman masyarakat tentang manfaat vaksin, serta kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program.
Hasil penelitian menunjukkan cakupan imunisasi tertinggi berada di DIY (94,1%) yang didukung oleh pelaksanaan imunisasi di sekolah-sekolah, posyandu, dan fasilitas kesehatan lainnya. Bali mencatat cakupan yang sangat baik (93,4%) berkat dukungan lintas sektor yang kuat dan koordinasi masyarakat yang efektif. Sementara itu, Kalimantan Barat memiliki cakupan imunisasi lebih rendah (71,4%), disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat vaksin, tantangan logistik, dan penolakan sebagian orang tua.
Faktor pendukung program meliputi koordinasi lintas sektor yang baik dan sosialisasi dari sekolah serta tenaga kesehatan. Namun, beberapa kendala utama mencakup jadwal imunisasi yang berdekatan dengan program lain, persepsi negatif masyarakat terhadap vaksin baru, serta akses terbatas di daerah terpencil. Selain itu, kurangnya keterlibatan Dinas Sosial dalam menjangkau anak-anak yang tidak bersekolah juga menjadi tantangan.
Berdasarkan temuan ini, rekomendasi strategis untuk meningkatkan pelaksanaan vaksinasi Japanese Encephalitis (JE) di Indonesia dapat dilakukan dengan memperkuat sosialisasi dan edukasi masyarakat melalui berbagai media guna meningkatkan pemahaman akan manfaat vaksin dan menghilangkan miskonsepsi. Koordinasi lintas sektor antara kementerian dan dinas terkait harus ditingkatkan untuk menjangkau kelompok sasaran yang sulit dijangkau. Selain itu, pendekatan berbasis komunitas, termasuk melibatkan kader kesehatan dan tokoh masyarakat, perlu dioptimalkan, dengan fokus khusus pada wilayah terpencil untuk memastikan aksesibilitas dan dukungan logistik yang memadai. Imunisasi JE perlu diintegrasikan ke dalam jadwal imunisasi nasional untuk keberlanjutan program, didukung oleh pemantauan rutin dan evaluasi yang berkesinambungan untuk meningkatkan cakupan imunisasi secara merata.
|