Abstrak/Abstract |
Anomali iklim yang terjadi secara global turut mempengaruhi produksi pertanian Indonesia. Bentuk anomali iklim yang sering terjadi di Indonesia adalah El Nino dan La Nina yang menjadi semakin sering dan panjang durasinya. Pada kejadian El Nino, ketersediaan air untuk pertanian berkurang sehingga produksi dan produktivitas tanaman menurun atau bahkan tidak panen karena tanaman mengalami kekeringan. Sementara pada kejadian La Nina, ketersediaan air dapat menjadi berlebihan dan menyebabkan banjir sehingga tanaman juga dapat mengalami gagal panen.
Menurut Irawan (2006), berdasarkan tataran provinsi, kuantitas penurunan produksi pangan pada kejadian El Nino paling besar terjadi di 5 provinsi utama sentra produksi pangan nasional, yaitu Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Rata-rata peluang produksi pangan yang hilang akibat El Nino di kelima provinsi tersebut lebih dari 150 ribu ton untuk tiap kejadian El Nino. Provinsi lainnya juga mengalami penurunan produksi yang relatif lebih kecil, yaitu kurang dari 50 ribu ton, kecuali Sumatera Selatan (sekitar 80 ribu ton).
Sebagai tanaman semusim dengan umur pendek, padi merupakan tanaman yang akan terpengaruh adanya anomali iklim. Produksi padi yang fluktuatif karena adanya kejadian anomali iklim ikut pula mempengaruhi ketersediaan padi yang dapat ditawarkan serta mempengaruhi kesejahteraan petani. Salah satu indikator kesejahteraan petani yang umum digunakan di Indonesia adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Pengamatan terhadap NTP dapat menunjukkan kemampuan petani secara ekonomi dalam dinamika perekonomian nasional karena NTP dihitung dari rasio antara indeks harga yang diterima dan dibayarkan oleh petani.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1) mengetahui dampak anomali iklim terhadap produksi padi; 2) mengetahui dampak anomali iklim terhadap penawaran padi; dan 3) mengetahui dampak anomali iklim terhadap NTP.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu Provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan sebagai provinsi sentra produksi pangan, terutama padi, di Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa deret waktu (time series) kuartalan dan bulanan tahun 1987-2009 dari kedua provinsi. Analisis pada tiap aspek kajian dilakukan sebagai berikut: 1) dampak anomali iklim terhadap produksi dianalisis dengan analisis tabel untuk melihat fluktuasi produksi pada saat terjadi anomali iklim dan persentase perubahannya; 2) dampak anomali iklim terhadap penawaran padi dianalisis dengan regresi berganda metode Ordinary Least Square (OLS) dengan model logaritma; dan 3) dampak anomali iklim terhadap kesejahteraan petani dianalisis dengan regresi berganda metode Ordinary Least Square (OLS) dengan model autoregresif.
Produksi padi di Jawa Barat, baik pada kondisi El Nino maupun La Nina, lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi padi di Jawa Barat pada kondisi normal. Pada kondisi El Nino dan La Nina, produksi padi di Jawa Barat lebih tinggi masing-masing sebesar 17,66% dan 14,06% dibanding saat normal. Produksi padi di Sulawesi Selatan menurun pada saat El Nino dan meningkat pada saat La Nina, dibandingkan dengan pada saat kondisi iklim normal, yaitu masing-masing sebesar -4,22% dan 10,79%.
Kejadian El Nino dan La Nina tidak berpengaruh terhadap penawaran padi di Jawa Barat, sedangkan kejadian El Nino berpengaruh positif terhadap penawaran padi di Sulawesi Selatan. Kejadian El Nino dan La Nina tidak berpengaruh terhadap NTP padi di Jawa Barat, namun La Nina berpengaruh positif terhadap NTP padi di Sulawesi Selatan. Hal ini berarti bahwa kejadian La Nina dapat meningkatkan NTP padi. |