Karya
Judul/Title CUTIES: Cost Effective Deformation Monitoring System
Penulis/Author Ir. Nurrohmat Widjajanti, M.T., Ph.D., IPU., ASEAN.Eng (1); Dr. Ir. Agung Harijoko, S.T., M.Eng., IPM. (2); Dr. Ir. Catur Aries Rokhmana, S.T., M.T. (3); Ir. Gayatri Indah Marliyani, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM (4); Dr. Tri Mulyani Sunarharum, S.T., IPU. (5); Ir. Joko Waluyo, M.T., Ph.D (6); Dr. Ir. Dwi Lestari, S.T., M.E., IPM. (7); Bondan Galih Dewanto, S.T., M.S. (8) ; ARIF SETIAWAN (9); ELISABETH VENA A (10); FAWWAZ DANISWARA (11); SURYA BURHANI WIJAYA (12)
Tanggal/Date 2022
Kata Kunci/Keyword
Abstrak/Abstract Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng IndoAustralia, dan Lempeng Pasifik. Dampak dari lokasi tersebut, Indonesia memiliki banyak gunung api dan intensitas gempa yang cukup tinggi. Beberapa gempa yang menggemparkan dunia, seperti Gempa Aceh 2004, Gempa Mentawai 2007, Gempa Palu 2018, dan Gempa Yogyakarta 2006. Gempa Yogyakarta 2006 terjadi pada pukul 05.53 WIB, di saat penduduk sedang mempersiapkan dan memulai kegiatan di hari tersebut. Penyebab gempa Yogyakarta tahun 2006 merupakan pergerakan Sesar Opak yang terletak di antara Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Dampak dari gempa ini dirasakan hingga beberapa daerah di luar Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Borobudur dan Candi Prambanan, sebagai situs dunia, mengalami kerusakan hingga harus ditutup sementara untuk direnovasi. Perkembangan teknologi mendorong manusia untuk memantau aktifitas bencana alam, salah satunya yaitu deformasi yang diakibatkan oleh gempa bumi. Beberapa alat yang digunakan untuk pemantauan deformasi antara lain GPS, InSAR, EDM, citra satelit, tiltmeter, dan LiDAR. GPS merupakan sistem untuk menentukan posisi titik di permukaan bumi. Data koordinat yang diakusisi dalam beberapa waktu (epoch) dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemantauan deformasi. GPS menjadi teknologi yang sangat penting untuk studi bahaya alam, analisis, atau bahkan sebagai peringatan kewaspadaan berbagai jenis bencana alam. Perkembangan Internet of Things (IoT) dapat pula diintegrasikan dengan berbagai teknologi pemantau deformasi. Penerapan integrasi tersebut pernah dilaksanakan di Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara dengan memanfaatkan teknologi GPS yang dapat mentransfer data akusisi tanpa harus mengunjungi lokasi stasiun GPS guna memantau deformasi di di kawasan tersebut. Selain itu, integrasi antara GPS dan IoT pernah pula dimanfaatkan untuk pemantauan tanah longsor di Brienz/Brienzauls (Doumit, J.A. and Schnider, R., 2020). Kegiatan Penelitian Unggulan UGM merupakan tanggapan atas kebijakan desentralisasi penelitian oleh Ditjen Dikti yang salah satu tujuannya yaitu menciptakan keunggulan penelitian di perguruan tinggi. Penelitian di UGM mengacu pada isu strategis nasional maupun global yang meliputi lima bidang unggulan, yaitu 1) Ketahanan dan keamanan pangan; 2) Sumber energi baru dan terbarukan; 3) Pengelolaan bencana dan lingkungan; 4) Kesehatan, penyakit tropis gizi, dan obat; dan 5) Sosial budaya perdamaian dan clean governance. Penelitian yang diusulkan ini sangat terkait langsung dengan riset unggulan perguruan tinggi UGM pada poin tiga yaitu pengelolaan bencana dan lingkungan. Penelitian ini merupakan implementasi dari tujuan UGM yang diharapkan dapat bermanfaat bagi mitigasi bencana alam di Indonesia. Hasil penelitian ini yaitu produk teknologi yang mengkombinasikan low-cost GPS dan IoT yang dinamakan CUTIES dalam rangka pemantauan deformasi di Kawasan Sesar Opak sebagai sumber gempa Yogyakarta pada tahun 2006.Hasil akuisisi data diharapkan dapat digunakan untuk analisis permodelan geodinamika di Kawasan Sesar Opak. Akurasi tinggi (skala milimeter) menjadikan teknologi yang akan diterapkan untuk pemantauan deformasi secara maksimal.
Level Nasional
Status
Dokumen Karya
No Judul Tipe Dokumen Aksi
1Proposal_CUTIES_fix.pdfSurat Tugas / SK
2Poster CUTIES-4_small.pdfDokumen Pendukung Karya Ilmiah (Hibah, Publikasi, Penelitian, Pengabdian)