BUDIDAYA KELENGKENG LOKAL UNGGUL DENGAN POLINATOR LEBAH BERBASIS INTEGRATED FARM GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT DI DESA SINDUADI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Penulis/Author
Drs. Ign. Sudaryadi, M.Kes. (1); Prof. Dr. Budi S. Daryono, M.Agr.Sc. (2); Prof. Dr. Tri Joko, S.P., M.Sc. (3)
Tanggal/Date
2 2023
Kata Kunci/Keyword
Abstrak/Abstract
Kelengkeng merupakan salah satu tanaman hortikultura yang dibudidayakan oleh Gapoktan Sinduadi. Produksi kelengkeng pada kelompok Tani berdasarkan survei langsung menghasilkan panen dengan produktivitas yang relatif rendah dan kurang optimal. Buah kelengkeng yang merupakan hasil budidaya dapat dipasarkan secara langsung maupun dikonsumsi masyarakat sendiri. Akan tetapi, tingginya potensi wilayah ini sebagai sentra budidaya produk kelengkeng dapat dilihat dari minat masyarakat dan ketersediaan lahan produksi yang luas. Gapoktan Sinduadi juga ingin meningkatkan produksi buah kelengkeng karena mereka memiliki wilkel Sinduadi yang berbasis Integrated Farm yaitu peternakan magoot, pemgelohan sampah menjadi pakan dan pupuk, peternakan ungags, dan pertanian. Kultivar kelengkeng yang akan dikenalkn kepada Gapoktan Sinduadi salah satunya adalah kultivar ‘Super Sleman’. Aplikasi polinator melalui budidaya lebah madu (Apis spp.) dan klanceng (Stingless bees; anggota Suku Melliponini) sebagai salah satu upaya dalam peningkatan produksi buah kelengkeng dan diversifikasi produk budidaya berupa madu. Lebah madu dan klanceng merupakan salah satu jenis objek yang dikembangkan dan diteliti oleh Laboratorium Entomologi Fakultas Biologi. Lebah madu dan klanceng memiliki banyak jenis dengan kualitas yang berbeda-beda. Pengembangan budidaya kelengkeng menyediakan sumber pakan bagi lebah berupa nektar dari bunga kelengkeng dan alpukat. Lebah madu turut berperan penting sebagai agen polinator dalam proses penyerbukan bunga kelengkeng sehingga keberhasilan terbentuknya buah dapat ditingkatkan.