Abstrak/Abstract |
Latar belakang: Proses esensial pengujian laboratorium yang meliputi fase pra-analisis, analisis dan pasca-analisis rawan terjadinya kesalahan/ketidaksesuaian. Hubungan antara kombinasi Total Proses Pengujian dan Sistem Informasi Laboratorium (TPP-SIL) menggunakan model HOT-fit memberikan ilustrasi lebih baik dari proses pengujian laboratorium yang sistematis, terkoordinasi dan dioptimalkan melalui SIL untuk dapat memberikan akses dalam melakukan evaluasi terjadinya kesalahan secara ketat dan komprehensif berdasarkan faktor manusia, teknologi dan organisasi. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis total proses pengujian dan sistem informasi laboratorium di Balai Laboratorium Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Metode: Jenis dan rancangan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, berdasarkan observasi terhadap proses pengujian laboratorium kimia klinik di Balai Laboratorium Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan (Balai Labkes PAK) Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 2 Januari 2023 hingga 28 Feruari 2023 (2 bulan). Selanjutnya wawancara mendalam pada subjek penelitian sebanyak 20 responden. Panduan observasi menggunakan standar indikator mutu ISO 15189 dan IFCC yang selanjutnya dihitung dengan acuan six sigma. Sedangkan evaluasi sistem informasi laboratorium dilakukan melalui wawancara mendalam dan dianalisis menggunakan analisis konten
Hasil: Berdasarkan hasil observasi 48 hari, tercatat sebanyak 10 indikator mutu yang perlu dievaluasi, yang terdiri atas 4 indikator mutu pra analisis, 1 indikator mutu proses analisis dan 5 indikator mutu tahap pasca-analisis. Indikator mutu dengan prioritas 1 yang teridentifikasi adanya ketidaksesuaian pada pra-analisis yaitu Pre-MisR (4,6σ dan 3,9σ), Pre-Iden (1,2σ), Pre-LabTDE (4,6σ), Post-OutTime (3,8σ), Post-IncRep (2,3σ) dan Post-RectRep (2,3σ) yang prosesnya berkaitan dengan implementasi sistem informasi laboratorium SiLabKesPAK dan ELIMS. Adanya gangguan sistem barcoding, keterbatasan akses dan fitur/menu untuk screening data/revalidasi sebelum bridging, instalasi jaringan ELIMS yang belum terkoneksi sempurna dengan perangkat alat laboratorium sehingga memungkinkan pekerjaan dilakukan secara manual dan berpotensi terjadinya kesalahan/ketidaksesuaian input data dan penerbitan laporan hasil pengujian laboratorium, data tidak akurat (double data dan spam data), risiko keterlambatan hasil melebihi TAT.
Kesimpulan: Evaluasi dan pemantauan kinerja untuk memperbaiki dan meningkatkan pelayanan dalam mencapai target zero defect, peningkatan kemampuan ELIMS (updating system) secara berkesinambungan sesuai kebutuhan. Rekomendasi integrasi SIL dan ELIMS dengan SATUSEHAT. |